Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Gara-gara Nafsu Dunia, Kades Bingung Mau Jadi "Anak Durhaka" atau "Dewan Pengkhianat"

8 Oktober 2020   22:09 Diperbarui: 11 Oktober 2020   23:24 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tolong...tolong...tolong!"

Kira-kira pukul 9 malam, tiba-tiba terdengar teriakan di pinggir jalan raya. Seorang pria paruh baya berkemeja tampak tak berdaya di tengah kerumunan 3 orang preman kampung.

"Sudahlah, Pak. Serahkan saja sekaveling tanah pinggir desa itu untuk kami. Kalau tidak, pisau ini akan membelah lehermu, Pak," tutur salah seorang preman rambut panjang sembari menyodorkan pisau ke arah pria tadi.

Beberapa ratus meter dari peristiwa kejadian, lewatlah Malin bersama perasaan gusar. Pandangan Malin sangat sempit. Ia hanya melihat kedua kakinya di tengah kegelapan.

Namun, sesaat setelah Malin melebarkan pandangnya, tampaknya olehnya peristiwa penganiayaan oleh 3 orang preman kampung. Sontak saja, Malin langsung bergegas untuk memberikan pertolongan.

"Hei, berhenti. Apa yang kalian lakukan!"

Hanya sepersekian detik dari teriakan Malin, tanpa sadar tendangan dan tinjunya sudah menyasar ke kepala serta perut para preman kampung tadi. Malin cukup hebat kalau sudah berurusan dengan perkelahian. Malin dulunya pernah jadi pelatih silat. Syahdan, tersungkurlah 3 preman tadi.

"Bapak tidak apa-apa, kan Pak? Ada yang terluka, kah?"

"Tidak apa-apa, Nak. Terima kasih banyak ya sudah menolong Bapak."

"Kalau saya boleh tahu, mengapa kok Bapak sampai dicegat oleh mereka?"

"Begini, Nak. Para preman tadi itu mau minta saya agar tidak menghibahkan tanah kaveling untuk desa. Mereka mau mengambil hak tanah tersebut dan menjualnya. Ya, jelas saya tidak terima. Paling-paling, uangnya bakal dipakai untuk mabuk-mabukan!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun