Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Gara-gara Nafsu Dunia, Kades Bingung Mau Jadi "Anak Durhaka" atau "Dewan Pengkhianat"

8 Oktober 2020   22:09 Diperbarui: 11 Oktober 2020   23:24 1144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bersamaan dengan itu, Bi Tinah pun singgah ke kantor polisi untuk mengantarkan nasi untuk kepada langganannya.

"Nasi uduknya, Pak, Buk. Lho, ada apa ini? Ya Tuhan! Malin, anakku! Mengapa dikau jadi seperti ini, Nak!" Bi Tinah langsung melempar bakulnya seraya bergegas memeluk Malin. 3 tahun berlalu, wajah Malin tidak berubah dan tidak ada Ibu yang bisa lupa dengan wajah anaknya.

"Ah, siapa engkau ini! Menyingkir dariku! Aku tak punya Ibu yang lusuh sepertimu!" Malin menjawab dengan nada tinggi sembari melayangkan kakinya ke dada Bi Tinah. Warga pun makin geram serasa ingin segera membunuh Malin saat itu juga.

"Aku Bundamu, Nak. Aku Ibumu!" ujar Bi Tinah sembari membuka selendang yang menutupi sebagian wajahnya.

"Aku selalu mendoakanmu, Nak. Aku juga yang memberikanmu makan saat engkau hampir mati di tepi pantai waktu itu. Tidakkah dikau ingat, Malin! Entah mengapa rindu Bunda begitu besar dan bergunung-gunung. Dikau tak pernah mau pulang lagi untuk menemuiku. Engkau sudah bahagia, Malin!" ucap Bi Tinah sembari membasuh bertetes-tetes air matanya.

"Ah, dasar kau anak durhaka! Kepada warga kau berkhianat, kepada ibu kau durhaka. Kami benar-benar tak pernah menyangka! Apa benar kau itu Malin!" kegeraman warga sudah menyentuh titik didih.

Sedangkan Bi Tinah alias Bunda Malin sudah semakin remuk hatinya. Dari sejak pertemuan di pantai waktu itu, Bi Tinah sangat berharap agar Malin mau mengunjunginya. Sekali saja dalam satu tahun, Bi Tinah pasti akan sangat bahagia.

Sayangnya, kebahagiaan itu hanyalah kekosongan semata. Pemuda yang hebat silat, yang dulunya baik hati dan tidak sombong, sekarang malah mendurhakainya. Tidak hanya durhaka kepada Ibu, Malin juga mendurhakai segenap kepercayaan para warganya.

Sungguh! Bi Tinah tak tahu harus berbuat apa. Begitu tinggi keinginan dalam hati untuk mengutuk Malin jadi batu, tapi Sang Bunda tak tega melihatnya berdiam di neraka pada akhir masa.

Bi Tinah berbayang pikir lagi. Kalau tidak dikutuk jadi batu, takutnya hati Malin yang membatu. Ah, hati Sang Kades hari ini pun sudah jadi batu! Gumam hatinya memberontak.

Alhasil, Bi Tinah pun merelakan agar Malin dipenjara. Dua puluh lima tahun. Semoga waktu yang lama itu jadi terlalu singkat bagi Malin untuk kembali mencintai ibunya, juga kepada para warganya.

***

Tamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun