"Luka, luka, luka yang kurasakan, bertubi, tubi, tubi engkau berikan. Cintaku bertepuk sebelah tangan. Tapi aku balas senyum keindahan. Bertahan....."
Masih ingatkah kalian dengan lirik lagu D'Bagindas di atas? Kalau masih ingat, berarti kita seumuran. Ya, generasi milenial yang hampir kejebur golongan Z. Wkwk. Meski begitu, tenang saja. Kita sudah termasuk golongan orang-orang dewasa, kok! Udah berumur di atas 18 tahun, kan?
Berbicara tentang kedewasaan, berarti kita sedang berkisah tentang kematangan. Seseorang yang sudah mulai belajar mandiri dalam mencukupi ekonomi serta berani mengambil keputusan sendiri sejatinya sudah termasuk kategori pribadi dewasa.
Selain itu, kemampuan diri untuk menata emosi, berpandangan objektif, bertanggungjawab pada usaha pribadi, mudah beradaptasi, hingga memiliki tujuan yang jelas adalah ciri-ciri kepribadian dewasa lainnya. Kalo tidak salah, ini gagasannya J.E Anderson dalam ilmu psikologi.
Nah, meski sudah masuk ke dalam kategori dewasa, bukan berarti kita sudah hebat, kan? Certainly. Dewasa tak selalu menyenangkan karena itu adalah masa di mana seseorang akan diserang oleh bergunung-gunung luka batin.
Sebagai seorang yang sudah memasuki usia dan kepribadian dewasa, kita tentu perlu berhati-hati dalam membina batin. Kalau batin banyak luka menjelang usia renta, kan bahaya!
Lalu, apa saja jenis luka batin yang seringkali melanda sang dewasa? Kebetulan 2 minggu yang lalu saya sempat mengikuti kajian self healing PPA (Pola Pertolongan Allah) Institute yang dimentori oleh dr. Ramadhanus.
Sang dokter sempat menyampaikan jenis-jenis gejala luka batin yang kiranya perlu untuk segera diusir dari kediaman hatinya orang dewasa. Saya tuangkan di sini, ya.
Pertama, Sering Muram
Bahasa gaulnya itu galau, sedih, dan depresi. Bukankah ada juga orang yang sudah dewasa tapi masih sering bermuram hati? Tentu ada. Adalah wajar, bahkan. Terang saja, masalahnya orang-orang dewasa kerapkali penuh dengan tekanan dan tekanan itulah yang menyesakkan hati.
Entah itu karena belum dapat kerja, sudah dapat kerja namun gajinya belum cukup untuk hidup, ketidakpuasan terhadap sesuatu hal, ditinggal mati oleh orang yang dicinta, kehilangan jabatan, keguguran, hingga ditinggal nikah semuanya bisa menjadi penyebab kemuraman.
Sikap ini sesungguhnya tidak normal, kan? Maka dari itulah sikap sering muram bila dibiarkan lama-lama dalam hati, suatu saat bisa menghadirkan luka batin. Hemm.
Kedua, Menangis Tanpa Sebab
Menangis itu wajar, bukan? Sangat wajar, malah. Tapi, kalau menangisnya tanpa sebab, itu sudah di luar dari kenormalan. Menangis selalu ada sebabnya. Misalnya anak-anak, mereka akan menangis saat jatuh dan kakinya lecet, menangis saat tidak dibelikan mainan, bahkan menangis saat ngompol.
Sedangkan orang-orang dewasa? Mereka bisa menangis karena ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintainya, menangis karena sesal, hingga menangis karena sakit yang dideritanya. Tapi, kalau menangisnya tanpa sebab, ini yang bahaya!
Saat sedang ceria, santai dan menikmati udara senja, tiba-tiba menangis. Entah apa sebabnya, tiba-tiba pula mood-nya berubah. Wah, jangan-jangan ini sudah masuk gejala luka batin!
Ketiga, Mudah Tersinggung
Disenggol dikit, marah. Dicuil dikit, ngambek. Dikritisi dikit, malah mencaci maki. Wah, gawat juga bila seorang dewasa mempunyai kepribadian yang seperti ini. apakah mereka benar-benar telah dewasa? Tentu ada sekampling keraguan di hati pemirsa, kan?
Ya, dr. Ramadhanus juga menerangkan bahwa sifat mudah tersinggung juga termasuk salah satu gejala luka batin yang melanda hatinya orang dewasa.
Keempat, Perubahan Pola Tidur dan Selera Makan
Jujur, saya pun baru ngeh tentang gejala ini. Ternyata perubahan pola tidur dan selera makan juga merupakan gejala luka batin. Sepertinya orang yang mengalami gejala ini sedang dihadiahkan banyak masalah oleh Tuhan.
Sang dokter yang merupakan Master of Spiritual NLP, Instructor TFTM, serta Master Trainer Gradasi Learning ini menduga, biasanya ada dendam atau kekecewaan yang bertumpah di hati seseorang sehingga bila lama-lama dibiarkan, kekecewaan tadi malah mengubah nafsu makan dan nafsu tidur seseorang.
Selain itu, secara tidak langsung, perubahan pola tidur dan selera makan seseorang akan berakibat pada perubahan berat badan. Toh, hidup yang dijalaninya memiliki pola baru, kan? So, periksa hati kita. jangan-jangan ada dendam!
Kelima, Sulit Konsentrasi dan Kurang Greget Saat Bekerja
Ah, ternyata masalahnya orang dewasa begitu rumit, ya. Sampai-sampai dunianya semakin sempit dengan problema.
Barangkali, inilah alasan mengapa profesionalisme di dunia kerja itu begitu penting. Soalnya, tidak sedikit pula orang dewasa yang rela membawa masalah pribadinya ke kantor.
Entah itu kisah ribut-ribut di ruang keluarga yang belum sempat berakhir maaf, kisah anak-anak yang menuntut uang jajan dan baju sekolah, hingga kisah tentang setumpuk pekerjaan bos yang belum sudah semuanya adalah masalah.
Terkadang, setumpuk masalah inilah yang mengakibatkan seseorang jadi sulit konsentrasi di kantor kerja. Kinerja juga demikian, jadi kurang greget dan cukup angin-anginan menimba masa depan. Hemm.
Keenam, Penuh Prasangka dan Rasa Bersalah
Mengapa bila lahir prasangka di batinnya orang dewasa? Barangkali, dulunya pernah dikhianati, pernah merana karena putus cinta, juga bawaan luka batin sejak belia sepertinya.
Terang saja, kisah kelam karena pernah dikhianati di masa lalu bisa jadi melahirkan persepsi negatif bila dipelihara lama-lama. Niatnya mungkin baik, yaitu tidak ingin mengalami kisah pilu yang sama di masa depan. Tapi, luka batinnya itu loh, kan sakit! Hemm.
Terlebih lagi jika seorang dewasa tadi pernah melakukan kesalahan yang hatinya sendiri saja belum bisa menerima. Tentu saja rasa bersalah semakin mudah datang dan singgah di hati. Lama atau tidak, itu kembali lagi kepada dirinya. Mujur bisa buru-buru diusir sebelum seorang dewasa tadi berpikirnya tentang mati, ya!
Ketujuh, Kurangnya Self Esteem
Ternyata, kurangnya self Esteem alias penghargaan terhadap diri sendiri juga merupakan salah satu gejala luka batin loh! Dalam dunia psikologi, self esteem yang rendah dapat menyebabkan seseorang terserang penyakit mental "Self Esteem Attack".
Terlalu cemas dengan kekurangan diri, terlalu mudah merasa bersalah, sukar menerima motivasi, hingga terlalu mudah mencaci diri adalah sedikit contoh perwujudan dari kurangnya penghargaan terhadap diri.
Padahal, yang namanya kesalahan itu adalah kewajaran, kan? Padahal lagi, seseorang perlu segera move on dan menerbitkan kegalauan hati agar menjadi terang-benderang, kan?
Artinya, seorang yang dewasa tak perlu terlalu gelisah meratapi kesalahan yang pernah dilakukan. Buih-buih gejala luka perlu segera disingkirkan dan diri ini perlu lebih menghargai diri sendiri.
Baca juga: Hargai Dirimu, Hidup Ini Tak Seindah Serial Doraemon!
Cara selanjutnya, bagaimana? Selain berusaha untuk menghargai diri, sebagai seorang hamba kita perlu untuk lebih sering berkhuznudzan alias berprasangka baik kepada Allah.
Kita perlu memahami dan mendalami bahwasannya takdir adalah salah satu jalan agar Tuhan lebih dekat dengan hamba-Nya. Bukankah prasangka Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya?
Jadi, positive thinking terhadap berbukit-bukit kisah pilu dan segunung masalah, memaafkan diri dan memaafkan kesalahan orang lain adalah cara bijak bagi orang dewasa untuk membersihkan hatinya dari luka batin.
Selain itu, kita pula perlu menanamkan sifat Qanaah alias rela menerima atau merasa cukup terhadap anugrah yang diberikan oleh Allah. Mengapa? Karena Qanaah adalah pengobat komplikasi hati sekaligus pembersih butir-butir luka batin.
Cara di atas belum cukup menenangkan jiwamu? Oke, baiklah. Kita hadirkan doa Nabi Yunus yang tertuang dalam QS Al-Anbiya:87. Semoga dengan seringnya doa ini terucap, hati kita akan lebih lapang dan dipermudah dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan.
"Laailaha illaa anta, subhaanaka inni kuntu minadz-zalimin."
"Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."
Semoga bermanfaat.
Baca juga: Awas! Inilah 5 Penyebab Luka Batin yang Sering Terbawa Sejak Kecil
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H