Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

3 Persamaan Kompasiana dengan Gula Aren

8 September 2020   16:30 Diperbarui: 8 September 2020   16:54 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tercatat di sanubariku, ada 3 persamaan antara Kompasiana dengan Gula Aren yang siap dijulurkan oleh jari-jari manis bin bulat ini. Cuz, disimak aja, ya.

Pertama, Menulis di Kompasiana Sama Halnya dengan Membuat Gula Aren

Menulis adalah proses, dan membuat gula aren juga merupakan sebuah proses. Ini sub-persamaan yang pertama. Sedangkan yang kedua, menurutku satu kata yang cukup mewakili antara Kompasiana dengan gula aren adalah "wajan".

Mengapa kok wajan? Sebagai sebuah media menulis online, Kompasiana adalah tempat "masak" alias wajan bagi semua warga.

Tua, muda, remaja, dewasa, hingga purna sungguh tak ada yang berbeda. Bahkan, mayoritas Kompasianer begitu rendah hati dan memilih untuk "menyembunyikan" gelar akademiknya. Semua terus berusaha "memasak" tulisan dengan bumbu yang sedap, kemudian diposting.

Sama halnya dengan Kompasiana, gula aren pun begitu. Sangatlah susah bila ada orang yang mau membuat gula aren tanpa media yang bernama wajan. Tak percaya? Coba saja masak air nira pakai piring plastik!

Memang, soal jenis wajan yang dipilih untuk media membuat gula aren sungguhlah beragam. Pun dengan media online bertajuk platform blog serupa Kompasiana. Sudah menjadi hak kita untuk memilih "wajan" mana yang mau dipakai untuk "memasak" tulisan.

Kedua, Kompasiana dan Gula Aren Sama-Sama "Manis"

Gula aren kalau dicicip sudah pasti manis. Lha, kalau Kompasiana, apanya yang bisa dicicip? Adminnya? Upps. Ampun min. Wkwk

Ketika kita mencicipi dan mengonsumsi gula aren dengan takaran yang "wajar", maka ketika itu pula kita mendapatkan manfaat berupa manisnya gula di bibir hingga sehatnya badan.

Kompasiana juga begitu. Ketika Kompasianer mencicipi dan "mengonsumsi" Kompasiana untuk mencurahkan tulisan dengan takaran yang "wajar", maka ketika itu pula mereka akan mendapatkan nikmat alias "manisnya" Kompasiana.

Interaksi sesama K-ners, tulisan diberi label "Pilihan", "AU", serta "Featured", K-Rewards, hingga pertemuan dua insan Kompasianer di bawah teduhnya warung kopi di dunia nyata adalah sejumput contoh dari kemanisan itu.

Tapi, harapannya, kemanisan ini sebaiknya ditempuh dengan cara yang wajar alias jangan melenceng dari "takaran normal". Lha, wong gula aren saja walau dikonsumsi secara berlebihan juga tidak akan membuat rupa seseorang lebih manis daripada sebelumnya, kan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun