Namun, seiring dengan semakin kompleksnya masalah PJJ, Mas Nadiem lalu mempersilakan sekolah untuk menggunakan dana BOS secara lebih fleksibel lagi. Seperti boleh digunakan untuk membayarkan kuota/pulsa internet guru dan siswa untuk mendukung PJJ.
Mungkinkah Dana BOS "Sehebat" Itu?
Kalaulah tuah dana BOS sehebat itu, barangkali masalah PJJ sudah selesai hari ini. Orangtua tidak akan pusing-pusing lagi membeli kuota, siswa tidak akan merengek-rengek lagi menagih biaya pulsa mingguan, dan dompet guru juga tidak akan kebobolan.
Kalaulah dana BOS sehebat itu, tidak mungkin ada berita miris tentang seorang ayah yang nekat mencuri HP agar anaknya bisa belajar online. Sebagai guru, jujur saya sangat merinding saat membaca pemberitaan seperti ini.
Meskipun kemudian kisahnya berlanjut dengan pemberian hadiah handphone dan sembako untuk si anak tadi, tapi saat kita membayangkan lebih jauh, alangkah mirisnya PJJ ini. Rasa-rasanya nilai handphone dan kuota lebih tinggi dari beras. Demi pendidikan loh!
Ini hanyalah kasus yang tampak oleh publik. Pemerintah belum tahu kasus-kasus lainnya, kesusahan-kesusahan, serta perjuangan para orangtua hingga siswa lainnya hanya untuk bisa belajar daring.
Sejadinya, kita makin kasihan dengan daerah atau desa yang tingkat kesenjangannya lebih tinggi. Misalnya, di desa tersebut kualitas sinyalnya baik, sekolah mampu menggelar daring, tapi sebagian siswanya tidak mempunyai smartphone.
Kalau sudah begini, bukankah lebih mendingan sekolah dan desa itu tak bersinyal sekalian? Jadi, tidak perlu sampai ada tindakan pencurian HP gara-gara terlalu ingin belajar daring. Tapi, jelas ini tidak mungkin juga.
Dan di lain sisi, kenyataannya dana BOS tidaklah sehebat itu, tidaklah sehebat yang Mas Nadiem ucapkan. Biarpun hari ini dana BOS sudah sampai ke sekolah-sekolah swasta, tetap saja kehadirannya tak mampu berbicara lebih.
Sederhananya, dana BOS ada berapa, sedangkan siswa dan gurunya ada berapa? Kalaupun sekolah negeri sanggup membelikan anak-anak kuota internet, paling-paling hanya sekitar 2-3 gb saja. Beruntung kalau anak dapat tiap bulan. Ini malah sebaliknya, orangtua tidak balik modal.
Bahkan, salah satu sekolah mengakui bahwa dana BOS sesungguhnya tidaklah cukup. SMP Negeri 10 Banjarmasin contohnya.