Atas pertanyaan Huda yang berderet-deret ini, ingin rasanya saya menambahkan satu pertanyaan lagi. yaitu:
"Didata juga pak, berapa anak-anak yang sedang sekolah dalam 1 keluarga!"
Saya semalam sempat membayangkan bagaimana susahnya para orangtua yang "banyak anak" dalam memfasilitasi kegiatan belajar online. Kalau 1 anak, mungkin persiapan orangtua biasa-biasa saja. 2 anak, masih lebih baik seperti slogannya. Tapi kalau sudah lebih dari 2?
"Banyak anak, banyak rezeki. Benar begitu, kan?"
Benar begitu adanya. Kiranya, mayoritas penduduk bumi tidak akan menolak ungkapan ini. banyak anak, maka banyak rezeki, itu hal yang pasti. Tapi, banyak pula hal-hal yang harus ditanggung oleh orangtuanya, kan?
Itulah tantangan besar dalam rumah tangga. Apalagi dari sisi ekonomi. Bayangkan saja saat ekonomi dalam satu keluarga besar yang banyak anak hanya pas-pasan.
Kalau mereka masak telur dadar, biasanya telur itu ditambah kentang, dibuat besar-besar, kemudian dipotong antara 6-8 bagian. Kalau mau dirapel hingga 2 kali makan, maka jumlah potongan tadi malah bisa lebih besar sekaligus lebih kecil.
Ini baru urusan makan. Lha, kalau sudah mengarah ke belajar online, bagaimana? Kuota misalnya. Kita urai biaya salah satu aplikasi belajar online yang bernama Zoom.
Dikutip Pikiran-Rakyat dari laman review.org, untuk panggilan video satu lawan satu di Zoom akan menghabiskan kira-kira 540 MB per jam nya untuk kualitas standar. Kuota ini bisa saja bertambah kalau saja akses internet di suatu daerah cukup cepat dan lancar.
Okelah, kita anggap saja pas di angka 500MB untuk sekali belajar online menggunakan aplikasi Zoom. Karena banyaknya mata pelajaran yang diampu oleh siswa, maka tidak mungkin penggunaan Zoom hanya 1 kali dalam 1 minggu. Kita misalkan saja, penggunaannya 5 kali.
1 minggu=3 kali. 1 bulan berarti 12 kemudian dikalikan dengan 500 MB = 6 GB. Ini baru satu anak, dan belum termasuk dengan keisengan anak nonton Youtube untuk menyegarkan pikiran, serta jelajah mbah Google untuk membuat tugas.