Alasan terkuat mengapa aku bisa menyelesaikan event Samber THR Kompasiana dalam kurun waktu 28 hari adalah, ada kenikmatan menulis yang luar biasa di dalamnya.
Sejak awal kubergabung dengan Kompasiana juga begitu. Semua Kompasioner yang ada di sini sungguh baik hati, murah hati, rendah hati, tulus hati, ikhlas berbagi, dan rela menyapaku setiap hari.
Siapa yang merasa tidak bahagia coba? Setiap hari menulis, setiap hari pula diapresiasi dengan kata-kata yang positif. Tidak yang tua, tidak yang muda, tidak juga yang seumuran, semuanya sama. Semuanya menghargai apa yang kutulis. Admin juga demikian. Keren, deh pokoknya.
Lebih dari itu, nikmat lain yang kudapatkan saat mengikuti event THR ini adalah belajar menghargai tulisan, terutama tulisanku sendiri.
Adanya penguncian fitur edit artikel yang sudah tayang di Kompasiana merupakan sebab utama. Sebelum mengikuti event Ramadan di Kompasiana ini sebenarnya aku sering menggunakan fitur edit.
Maklum, kalau sudah cepat-cepat nulis aku juga suka cepat-cepat posting tanpa melakukan swa-sunting. Apalagi dulu ada Pak Ropingi dan Prof. Dr. Apollo Daito yang tiap jam selalu posting. Aku iri dengan mereka, makanya sesekali aku ingin menyaingi soal cepat-cepatan menulis.
Tapi, semenjak ikut Samber THR Kompasiana aku malah lebih hati-hati dan lebih sabar dalam memublikasikan tulisan. Aku khawatir ada typo, nanti nilai artikelku dipotong hingga setengah harga oleh Admin. Kan rugi, tak balik modal! Hahaha
Setelah kuposting dan kubaca ulang, ternyata tulisan tanpa typo memang benar-benar enak untuk dibaca. Apalagi setelah dilakukan swa-sunting, kalau ada lucunya, lucunya dapat, kalau ada garangnya, garangnya dapat, dan kalau ada manisnya, manisnya pun dapat. Itulah nikmat.
Begini Rasanya Dapat Hadiah dari Kompasiana
16 Juni 2020, itu adalah tanggalan tunggu yang berbuah kebahagiaan bagiku. Ya, di hari itu Kompasiana mengumumkan deretan pemenang yang berhak mendapatkan THR. Kuamati, kubaca dan kuteliti, ternyata ada namaku. Juara 4, Ozy V. Alandika mendapatkan kulkas.
Alhamdulillah. Aku bersyukur dan makin menyadari bahwa Allah memang memberikan apa yang aku butuhkan. Mengapa Allah beri aku kulkas? Jawabannya jelas, di rumah kami memang belum ada kulkas.
Dan hari ini (16/07/2020), tepatnya menjelang Magrib, akhirnya hadiah kulkas yang ditunggu-tunggu itu datang.
Beberapa kali di hari-hari yang lalu sebenarnya bang Rama dari Pihak Kompasiana menghubungiku via chat Whatsapp. Beliau menanyakan hadiahnya sudah datang atau belum. Kujawab saja di sini, "hadiahnya sudah sampai, bang!" Hehehe