Beberapa kesulitan yang kudapatkan adalah tentang bagaimana caranya menulis ide masak sahur dan ide sajian berbuka puasa.
"Berarti aku harus masak, donk!"
Itulah hal yang kupikirkan pertama kali. Aku bingung harus masak apa. Karena malas berpikir panjang, langsung saja kuputuskan untuk memasak Lema. Kupikir, masakan ini tidak akan ada yang menyamainya. Soalnya Lema adalah makanan khas Curup, Rejang Lebong.
Tentang ide menulis sajian berbuka puasa juga begitu. Malahan, aku tambah bingung karena di rumah kami tak ada kulkas. Secara, yang namanya sajian berbuka kan banyak yang adem-adem dan menggunakan batu es.
Aku berpikir cukup keras waktu itu. Teman-teman kuwawancarai, kumintai ide, tapi endingnya selalu berbau batu es. Akhirnya, kuingat saja apa yang kami punya. Dari sana, lahirlah ide tentang merebus pisang dan keladi di air nira. Langsung saja aku menuju ke ladang.
Kepalang basah, kan! Tentu saja, event Samber THR sudah berjalan setengah babak dan aku harus menyelesaikan apa yang telah kumulai.
Serunya, tantangan-tantangan yang lebih sulit dalam menulis di event maraton ini pun tak kunjung habis. Tepatnya di akhir-akhir Ramadan, Kompasiana menghadirkan tema Humor dan Fiksi Ramadan. What!
Aku sungguh miskin ilmu bila harus menulis tentang fiksi. Entah itu puisi, entah itu cerpen, keduanya sama saja, sama-sama sulit dan perlu pengkhayalan tingkat dewa.
Tambah lagi ada artikel humor, waduh! Aku benar-benar tak bisa menulis humor. Walaupun menurut murid-muridku aku selalu lucu, tetap saja aku tak tahu apa yang lucu dariku. Hemm
Di sepertiga perjuangan terakhir menulis di event Samber THR itu sebenarnya aku mulai mau berpasrah. Rencananya aku mau menulis fiksi berupa puisi saja. Asal jadi, asal posting, dan aku malah pesimis tak akan menang.
Tapi, beruntungnya waktu itu aku sering menjalin komunikasi via instagram dengan mbak Ire Rosana Ullail. Beliau hebat dalam menulis fiksi dan sekalian saja aku minta diajari menulis cerpen dalam waktu satu malam.
Aku tanya-tanya kepada beliau tentang twist. Sayangnya, meski sudah banyak bertanya dan searching, aku tetap tak terlalu paham. Keesokan harinya, ya sudahlah. Kubuat satu cerpen berjudul "Sarung Bujangan Warna Hijau Kotak-Kotak". Entah bagus entah tidak! Hahaha
Artikel fiksi selesai, tema-tema harian sudah kubabat, dan akhirnya 28 hari menulis di Kompasiana secara non-stop selesai. Biarpun tidak memiliki keyakinan untuk menang, tapi aku lega.