4 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal ganjil di minggu terakhir bulan Februari, kita jadian. Sebenarnya aku sudah mengenalnya sejak Dilla mulai masuk kuliah. Waktu itu kita tergabung dalam satu gugus ospek dan aku langsung jatuh cinta kepadanya.
Tapi sayang. Aku masih begitu polos dan fokus menyelesaikan kuliah. Setelah aku tamat kuliah dan langsung diterima sebagai guru kontrak di sekolah swasta, barulah kujalin hubungan serius dengan Dilla. Beruntungnya, dia tak menolak. Sungguh, aku sangat bersyukur waktu itu.
Sekarang, aku sudah diangkat menjadi wakil kurikulum di sebuah SMK swasta. Gajiku mungkin belum setara dengan gajinya para PNS. Tapi aku percaya, rezeki itu sudah ada yang mengatur dan selama kita tidak putus berusaha, rezeki akan mengalir.
Juga, satu lagi. yaitu berdoa. Berikhtiar dan berdoa. Sungguh itu pasangan yang serasi, mungkin seperti aku dan Dilla.
***
10 menit kita menanti, akhirnya pesanan bakso dobel granat pun datang. Langsung saja bakso itu kucampuri saos, kecap, dan sedikit cabai rawit halus. Sedangkan kekasihku, masih seperti biasanya. Dia selalu menyiapkan segelas air dan beberapa helai tisu di dekat tanganku.
"Hallo, Pak. Ada apa, ya?"Â
Tiba-tiba saja handphone Dilla berdering. Dia langsung menjawab telepon itu, dan aku malah penasaran. Siapa kira-kira orang yang meneleponnya.
"Oh, iya, Pak. Saya sekarang sedang makan bakso di jalan Sukarindu nomor 24... Tidak apa-apa, pak. Saya juga masih lama di sini."
Telepon tadi segera Dilla tutup. Aku sebenarnya ingin bertanya tentang siapa yang menelepon itu. Tapi, ya sudahlah. Aku juga mulai lapar. Bakso ini sudah begitu menggodaku.
"Yank. Bentar lagi bendahara mau ke sini. Beliau mau mengantarkan gajiku secara langsung."