"Yank, kenapa kok kamu cemberut?"
"Aku belum gajian nih!"
"Lha, biasanya kan tanggal 15 kamu sudah gajian?"
"Entahlah, Yank. Gelap!"
Pantaslah kulihat wajah Dilla kekasihku begitu garib. Biasanya setiap kali bertemu di depan parkiran SD dia selalu ceria.
Kadang, belum sempat aroma tubuhku sampai ke sekolah, Dilla sudah melanggah keluar gerbang seraya menyapaku dengan senyum indahnya. Dilla ambil helm dari motor matic-ku, dia naik, dan melambaikan tangan kepada murid-murid calon generasi penerus bangsa.
Tentu saja murid-murid itu memetik pesona senyum kekasihku. Kuyakin, mereka pasti betah dan ingin berlama-lama di kelas saat diajar oleh Dilla. Beruntung kekasihku mengajar di SD. Kalau saja dia mengajar di universitas, bisa hancur hatiku karena tercabik-cabik oleh cemburu.
Sayangnya, senyum indah itu belum datang lagi di siang ini. Ya, hari ini sudah tanggal 16 dan kekasihku belum gajian. Aku sebenarnya cukup paham mengapa gaji guru honorer sering telat.
Tapi, bagi Dilla, ini kali pertama dia terlambat mendapatkan gaji.
"Tumben telat, Yank. Memangnya bendahara gaji belum ngabarin?"