Yang cukup populer dari konsep Merdeka Belajar pada tingkat pendidikan dasar/menengah adalah kekagetan Mas Nadiem akan fasilitas, dan yang digaungkan pada konsep Merdeka Belajar di tingkat pendidikan tinggi adalah dosa-dosa. Agaknya cukup lucu.
Dari sini, wajar kiranya Mas Nadiem terus jadi perbincangan dan dicari-cari oleh pelaku pendidikan. Bagaimana tidak, harapan negeri ini terhadap kemajuan pendidikan juga bergantung dengan kebijakan sang Mendikbud.
Jika kebijakannya sesuai harapan yang memayungi para pelaku pendidikan secara mayoritas, maka pendidikan bisa segera maju dan mengejar ketertinggalan. Tapi, jika kebijakannya berada di ruang sempit yang bernama kantor kerja Kemendikbud, maka pendidikan kita akan Mandek.
Dan kenyataan hari ini? Berkaca dari kebijakan-kebijakan yang sudah ada, dengan berat hati saya nilai bahwa kebijakan Mas Nadiem sering telat.
Contoh pertama, mengenai kebijakan belajar dari rumah pada awal-awal pandemi. Yang digertak kuat untuk mendukung layanan pendidikan pada awalnya adalah media digital.
Tapi setelah berjalan, muncullah anggapan bahwa guru gagal paham, guru hanya memberi tugas, hingga berakibat pada banyaknya aduan dari siswa. Tercatat ada 213 keluhan siswa yang diterima oleh KPAI dari 16 Maret hingga 9 April 2020 dengan tajuk "tugas maha berat."
Apakah semua ini salah guru? Ups, tidak bisa kita simpulkan secepat itu. Toh, guru juga terkejut. Coba ada pelatihan kompetensi guru daring selama 3-5 hari waktu itu, mungkin nuansanya akan berbeda.
Bahkan, Mas Nadiem juga bisa kaget lebih dini karena ada laporan dari guru bahwa di daerah A, B, C, D, hingga E tak kuasa menggelar daring.
Contoh kedua, mengenai kurikulum darurat pandemi. Semenjak KPAI mulai menerima aduan keluhan siswa, usul untuk penerbitan kurikulum darurat kian gencar. Saran dan persetujuan muncul dari KPAI, organisasi guru, hingga guru-guru itu sendiri.
Kurikulum darurat dianggap penting karena sejatinya guru-guru perlu adaptasi mengajar. Isinya? Pemangkasan materi ajar, metode ajar, hingga nilai-nilai karakter yang bisa diwujudkan di tengah pandemi.
Tapi kini? Guru tetap Merdeka Mengajar alias berinovasi sesuai dengan silabus dan RPP yang mereka punyai dan usul tentang kurikulum darurat masih bergaung-gaung hingga hari ini.