"Benarkah ini hilalnya, dek?"
Mataku berkaca-kaca. Aku terlalu girang dengan luar biasa setelah 6 tahun penantian tunggu. Ternyata ramadan tahun ini telah menjadi ramadan pelepas masa lajangku. Ternyata juga, Ibunda Falisha sudah mau repot-repot memesan undangan untuk hari kemenangan kita nanti.
Wajar saja dari tadi wajah Falisha lebih indah daripada biasanya. Aku bersyukur, alhamdulillah.
"Bang, aku tak sabar lagi mendengar irama Nahawand di hari akad kita nanti. Kita hidangkan es oyen buatan sang gadis ini di prasmanan, ya."
"Siap, dek. Sampaikan salam abang kepada Ibundamu, alias calon Ibundaku juga."
"Josss, bang."
Es oyen sudah kubayar. Falisha berpulang ke arah utara bundaran, dan aku berpulang ke arah timur bundaran. Aku terus berteriak dalam hati seraya bertakbir, "Hilal telah tampak, Allahu Akbar. Hilal telah tampak, Allahu Akbar. Hilal telah tampak, Allahu Akbar."
Salam.
Ozy V. Alandika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H