Secara pribadi, saya sangat bersyukur karena sejak kecil hinggalah sekarang sudah terbiasa mengunjungi rumah banyak orang, tepatnya saat hari raya tiba. Mulai dari orangtua sendiri, rumah tetangga, rumah nenek, rumah guru dan dosen, hingga rumah teman pun  saya datangi.
Ibaratkan banyaknya ubi jalar yang bertumbuh di tanah gembur, semakin banyak bersilaturahmi dan bermaaf-maafan, semakin lapang hati kita. Cocoklah hari raya Idul Fitri kali ini kita jadikan momentum untuk memperluas hati.
Secara, kebesaran hati akan menjauhkan kita dari sifat dendam, iri, dan dengki. Jika hati sudah terbiasa dibina agar berlapang-lapang sejak dini, rasanya di saat sudah dewasa nanti hati ini akan jadi lebih mantap.
Memang, lebaran kali ini tampaknya kunjungan kita untuk bermaaf-maafan sangat sempit dan terbatas. Tapi, kalau sudah disandingkan dengan hati, bukankah kelapangan tidak terbatasi oleh jarak dan waktu? Jadi, tetaplah menggemburkan hati dengan cara memaafkan.
Ubi Jalar Tidak Sulit untuk Bertumbuh
Sungguh luar biasa kuasa Allah dalam menciptakan tumbuhan yang bernama ubi jalar. Sebagai tumbuhan yang berkembang biak dengan cara merambat, ubi jalar begitu mudah untuk bertumbuh.
Tanam ubinya, bisa tumbuh. Tanam akarnya, lalu tumbuh. Dan tanam tunasnya, ternyata tumbuh juga.
Rasanya perilaku ikhlas dan memaafkan juga demikian. Orang-orang yang mudah memaafkan akan senantiasa mudah untuk bertumbuh dan berkembang. Selain hatinya yang makin lapang, akan Allah limpahkan juga baginya pahala dan kemuliaan.
"...Barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah..." QS Asy-Syura:40
Terakhir, kita memang belum bisa memungkiri fakta bahwa perjuangan di masa pandemi Covid-19 sangat berat. Bekerja jadi berat, beraktivitas jadi ruwet, dan pendapatan jadi sekarat.
Pelanggaran yang terjadi di sana-sini seakan membuat keadaan makin runyam. Kita ingin sekali agar wabah ini segera hilang, tapi mengapa orang lain belum sadar!