Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Maafkan dengan Setulus Hati, Begini Pesan dari Ubi Jalar

22 Mei 2020   23:00 Diperbarui: 23 Mei 2020   13:58 2297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermaaf-maafan. Gambar dari tempo.co

Dulu, saat kami masih tinggal di pondok ibu saya selalu menanam ubi jalar. Tidak banyak, walau hanya 2-3 bedeng saja, tapi selalu cukup untuk kami konsumsi sebagai gorengan untuk cemilan sahur maupun rebusan ubi di hari raya.

Jadi saat tamu-tamu hari raya singgah untuk silaturahmi ke rumah, tidak hanya kue lebaran yang kami hidangkan melainkan juga ubi jalar rebus. Mungkin tamu-tamu cukup berasa aneh waktu itu. Hanya saja, ubi jalar rebus cocok untuk teman ngopi, toh?

Sayangnya semenjak kami membangun rumah baru di dekat jalan raya, semuanya berubah. Baik saya, ayah maupun ibu sudah jarang menanam ubi jalar. Alasan pertama karena kami terlalu sibuk dengan pekerjaan, dan alasan kedua karena banyaknya hama tikus.

Meski demikian, terkait dengan maaf-memaafkan kita tetap bisa memetik pelajaran dari ubi jalar. Kenapa kok harus ubi jalar?

Soalnya dari kecil hinggalah tamat SMA, ubi jalarlah yang banyak menemani silaturahmi di keluarga kami. Jadi, mari sejenak kita lihat pesan dari ubi jalar.

Ubi Jalar Terus Merambat Meskipun Tak Bertulang

Apakah bermaaf-maafan hanya berlaku di hari raya saja? Agaknya ubi jalar bisa menjawabnya dengan cukup bijak. Ya, ibaratkan ubi jalar yang terus merambat, sejatinya ungkapan maaf bisa kita layangkan setiap saat meskipun tak berpijak pada hari raya.

Setiap ada kesalahan dan kekeliruan yang menyakiti hati seseorang, kita sebaiknya sesegera mungkin berusaha untuk merambat alias minta maaf. Sebaliknya juga demikian, yang merasa dizalimi jangan pula menyimpan dendam. Apalagi sampai dibawa mati!

Dalam bermaaf-maafan kita tidak kenal dengan gengsi dan umur. Memang, kebiasaan yang berlaku di hari raya Idul Fitri adalah yang muda meminta maaf kepada yang tua. Tapi, bukan berarti pihak yang tua tidak mau meminta maaf, kan?

Kembali kepada tubuh ubi jalar yang tak bertulang. Siapa saja bisa memulai untuk merambat, dan siapa saja dipersilakan untuk meminta maaf.

Makin Gembur Tanah, Makin Banyak Ubinya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun