Mengapa harus media WA? Salah satu aplikasi media sosial yang didirikan oleh Jan Koum dan Brian Acton ini lebih sering digunakan banyak orang untuk berkomunikasi, terutama untuk sesama rekan kerja.
Bukannya ingin menyampingkan media sosial sejenis seperti Telegram, Instagram, Twitter maupun Messenger, penggunaan Whatsapp lebih nyaman dan cukup untuk memenuhi kebutuhan seseorang dalam bermedia. Begitu pula dengan saya sendiri.
Karena kebutuhan akan informasi dan silaturahmi, dibentuklah banyak grup WA. Bahkan, hingga saat ini komunikasi utama terhadap sesama rekan kerja dan alumni full seutuhnya dimulai dari WA.
Kadang, hampir setiap hari grup WA dibanjiri dengan ratusan hingga ribuan chat. Isinya beragam. Mau cari informasi penting, ada. Mau cari hiburan, ada. Bahkan, mau cari hal-hal yang tidak penting pun ada.
Tapi, kalau chat di grup isinya kebanyakan tentang hal-hal yang tidak penting, maka bersiaplah. Akan banyak anggota grup yang keluar karena pusing dan dianggap memenuhi memori HP serta menghabiskan kuota. Seminggu kemudian? Malah chat admin grup, mau gabung lagi.
Grup WA memang begitu. Jikalau ada hal-hal penting, maka akan banyak anggota grup yang timbul dan berpartisipasi. Sebaliknya, jika sudah sepi dan tiada informasi-informasi yang berarti, maka grup tadi terasa sepi sunyi. Entah ke mana orang-orang yang rusuh tadi.
Karena hari ini ramadan juga kesepian, maka cara jitu untuk tetap menjalin silaturahmi adalah melalui media sosial seperti grup WA. Momentum kali ini cukup pas, dan inilah saatnya para "perusuh" memulai pekerjaannya.
Jangan salah-salah, dalam grup WA kehadiran perusuh alias seseorang yang memulai percakapan begitu penting. Selagi masih dalam takaran chat yang wajar, keberadaan perusuh di grup WA begitu dinantikan.
Jujur saja, akan bosan kiranya jika isi grup WA hanyalah share informasi-informasi penting dan kata-kata baku yang dicomot dari KBBI. Di saat ramai dan sibuk, mungkin kita butuh informasi yang penting-penting saja, tapi di saat sepi kita tetap butuh hiburan, kan?
Di bulan ramadan ini, biasanya kerusuhan di grup WA adalah hiburan tentang THR. Karena sepi, perusuh grup sering memancing kehadiran anggota untuk berkomentar dengan menampilkan gambar-gambar unik dan disertai sindiran tajam. Misalnya:
"Siapa yang enggan berkomentar dikeluarkan dari grup, dan tidak dapat THR dari kepala sekolah!"