Banyak cara yang dilakukan penduduk bumi untuk tetap menjalin silaturahmi. Entah itu antar sesama rekan kerja, keluarga atau bahkan kenalan yang ditemukan di dunia maya, selalu ada perjuangan untuk menerbitkan pengakuan bahwa kita semua bersaudara.
Ada yang sering datang dari rumah ke rumah untuk sekadar menyapa dan minum kopi bersama, ada yang mengatur jadwal kumpul bersama di suatu tempat, bahkan ada pula yang datang sesekali dengan niat menyebar undangan.
Yang sering singgah, barangkali masih mudah untuk dicari. Begitu pula dengan kumpul-kumpul alias reuni. Bulan ramadan bisa jadi momentum untuk bersua bersama dengan misi menebar kebaikan dan mencari pahala.
Tapi, kalau yang hanya datang sesekali untuk sekadar menyebar undangan? Kadang mereka mudah sekali hilang, saat kita cari ternyata mereka sudah berada di luar provinsi. Padahal, kan mau nyebar undangan juga! Upps
Namun, suasana hari ini sudah cukup berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Nuansa ramadan agak sepi sebagai imbas dari pagebluk alias wabah Covid-19. Acara berbuka puasa bersama kerabat dan keluarga mesti dibatasi hanya di rumah. Begitu pula dengan kegiatan reuni.
Akibatnya, komunikasi tatap muka jadi sedikit terhenti. Bahkan, karena sudah lama tidak mengobrol dengan orang banyak secara langsung, penataan kata-kata dalam berkomunikasi secara lisan mulai agak kacau. Lagi-lagi ini adalah efek dari kelamaan di rumah saja.
Tidak hanya itu, ada dampak lain yang lebih mengkhawatirkan dari terbatasnya kesempatan komunikasi lisan secara langsung, yaitu jalinan silaturahmi yang mulai renggang.
Bagaimana tidak renggang, walaupun hari ini kita sudah berada di atas lantai dunia digital, kebanyakan orang lebih suka bersilaturahmi secara langsung. Entah itu dengan kenalan, teman, sahabat, serta keluarga, adanya media digital hanya digunakan sebagi perantara.
Kecenderungan ini bukanlah tanpa alasan. Yang jelas, saat bertatap muka komunikasi juga akan lebih terasa dan terbuka. Beda halnya dengan komunikasi di dunia maya, walau kadang penuh dengan gombalan, tetap saja masih tidak berasa nyata. Jadi, kasihan kan yang baper!
Meski demikian, karena pagebluk Covid-19 belum selesai melanda, kita tidak bisa banyak bicara. Silaturahmi harus tetap berjalan, meskipun dibatasi hanya dengan media sosial. Dalam hal ini, Whatsapp bisa jadi media yang cukup jitu untuk menghadirkannya kembali.
"Merusuh" di Grup WA, Cara Jitu Hadirkan Silaturahmi Walau Tak Jumpa