Dan jika penghasilan hanya sekadar cukup, maka dicukupkan secara rata agar semua mendapatkan bagian yang sama, alias tidak berat sebelah.
Di dalam kehidupan nyata para pedagang, tantangan yang cukup berat adalah saat masing-masing pegiat usaha melawan hawa nafsu atas keuntungan yang didapat. Kadang pula, seiring jalannya usaha ada beberapa oknum yang suka membanding-bandingkan jerih payah.
Tantangan ini jika tidak dihadapi secara objektif dan hati yang bersih, bisa menjadikan persaudaraan antar sesama pedagang pecah-belah. Maka dari itulah, adab-adab berjualan ini mesti dipegang teguh dengan niat yang tulus tidak lain hanyalah untuk beribadah.
Ketika ada masalah, masyarakat Rejang menanggapi dengan "Saleak cong udi bepapet" yang berarti "Salah Mencincang Kamu Merapat."
Maknanya,ketika ada polemik atau masalah yang mengacaukan keharmonisan hubungan persaudaraan masyarakat suku Rejang, usahakanlah merapat alias mengembalikan hubungan seperti semula.
Caranya adalah dengan tulus meminta maaf, dan jika ada salah maka bertulus hati mengakui kesalahan.
Adab yang merupakan bagian dari adat suku Rejang ini sangatlah penting, terutama untuk menjaga keharmonisan hubungan rakyat Rejang.Â
Nasihat-nasihat bisa dituangkan dengan nada sindiran, teguran, pengajaran, hingga penyampaian mana yang baik dan mana yang buruk.
Bengkulu dengan dialeg Rejang Kepahiang, Rejang Lebong dan Rejang Curup ini sudah menjadikan adat sebagai dasar dalam berperilaku di masyarakat.
Sejatinya, sukuDalam istilah suku Rejang disebutkan bahwa adat "Coa Melkang Keno Panes, Coa Mobok Nukai Ujen", yang berarti "Tidak Lekang Karena Panas, Tidak Lapuk Karena Hujan". Saking kuatnya prinsip adat Rejang, dituangkanlah perwujudan perilakunya ke dalam adab.
Terang saja, ungkapan sastra lisan yang baru saja saya sebutkan tadi bukanlah sekadar peribahasa sederhana saja.