Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

4 Adab Berjualan dalam Perspektif Masyarakat Suku Rejang (Bengkulu)

17 April 2020   23:53 Diperbarui: 18 April 2020   15:50 926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto para pedagang buah di Pasar Atas Curup, Bengkulu (Dok. Ozy V. Alandika)

Pedagang meninggikan harga dengan keuntungan yang berlipat ganda, sedangkan pembelinya mau tidak mau harus beli, karena butuh.

Misalnya seperti kasus penimbunan masker yang beberapa kali terjadi di tengah pandemi Covid-19. Pelaku yang sanggup menimbun masker demi keuntungan pribadi kiranya sungguh tidak beradab, meski alasannya darurat sekalipun.

Saat seorang pedagang terbukti viral karena sudah mengilo tidak sama ringan, saat itu pula nilai kepercayaan masyarakat terhadapnya mulai rapuh. Maka darinya, jagalah kepercayaan pelanggan dengan tidak menipu/menyakiti hati mereka.

Rezeki, terutama bagi para pedagang tidaklah sekadar tentang berhasil menjual barang dengan keuntungan yang berlipat ganda. 

Kepercayaan pembeli adalah rezeki, karena dengan kepercayaan akan banyak pembeli-pembeli lain yang berdatangan. Minimal, ada langganan.

Dari sini, para pedagang sebaiknya bijak dalam mengambil keuntungan. Memang, tidak ada batas-batas zhahir tentang berapa banyak keuntungan yang boleh dipatok, tapi perhatikan pula para pembeli. Akan lebih baik jika pedagang menjunjung tinggi transparansi.

Ketiga, Bekulak Samo Penoak (Mengulak Sama Penuhnya)
Pernah dengar tentang Kulak? Kata kulak sebenarnya diwariskan dari zaman kolonial dan KBBI mengartikannya sebagai satuan ukuran timbangan berat, tepatnya 4 cupak beras.

Dalam adab berjualan masyarakat suku Rejang, mengulak atau mengukur timbangan suatu barang jualan harus sama penuh alias sama takarannya. Satuan ukuran timbangan yang dipakai sama, antara pembeli dan penjual. Jika beda ukuran, maka ada kezaliman di dalamnya.

Tidak jauh beda dengan "Betimbang Samo Benek", adab mengilo sama penuhnya juga mengutamakan kejujuran pedagang dalam berjualan. Jujur sangat dijunjung tinggi dalam kehidupan masyarakat suku Rejang, karena kejujuran akan mendapatkan banyak maslahat.

Keempat, Bageak Samei Kedeu (Membagi Sama Rata)
Adab berjualan yang terakhir, yaitu membagi sama rata. Seperti halnya mengembangkan usaha dagang secara bersama-sama, maka tiap-tiap pengusaha juga mesti mendapat hasil yang sama secara rata.

Rata di sini dapat memuat semua sisi dari hasil dagang. Jika untung, maka sama-sama untung. Jika rugi, maka sama-sama rugi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun