Covid-19, mayoritas penduduk bumi mengenalnya sebagai wabah mematikan yang terus menyebar ke hampir seluruh negara. Selain itu, banyak pula yang menyebutnya sebagai tentara Tuhan dalam bentuk kuman alias binatang kecil yang kasat mata.
Meski pandangannya beragam, bisa disimpulkan secara umum bahwa Covid-19 adalah bagian kecil dari ujian Tuhan yang bertujuan untuk menata diri masing-masing manusia. Mulai dari menata diri dalam aspek kebersihan, aspek kemanusiaan, hingga aspek ketauhidan.
Untuk mewujudkan kegiatan tata diri itu, dimunculkanlah beberapa istilah global yang sejatinya mengarah kepada kegiatan perenungan.
Ada istilah #DiRumahAja yang menjadikan setiap daerah terjangkit wabah harus bekerja dari rumah, belajar dari rumah, hingga beribadah dari rumah. Tentulah ini cukup membosankan, hingganya lahir kebijakan "keleluasan" dengan istilah Social Distancing dan Physical Distancing.
Munculnya istilah dan kebijakan ini terang menjadi bahwa seluruh dunia takut dengan Covid-19. Kalau tidak penting dan darurat, setiap orang dilarang untuk keluar rumah. Bahkan, untuk semakin memberi ketegasan larangan, beberapa negara sanggup menghadirkan hukuman.
Hukumannya beragam, mulai dari push up, denda yang cukup besar, hingga penjara. Negara Yordania menjadi salah satu penerap hukum terkejam dengan tidak memperbolehkan warganya keluar, walau dengan alasan sepenting apapun.
Mau bagaimana lagi, ketakutan yang nyata terhadap Covid-19 memang mesti direspon demikian. Agak primitif dan bisa dicap latah mungkin, tapi daripada banyak penduduk yang terlanjur mati?
Lagi, Covid-19 merupakan bagian kecil dari ujian yang Allah tumpahkan kepada penduduk bumi. Seperti halnya kalam Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 155:
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar."
Sandi asma berupa cobaan ini memang sudah dialami oleh umat Nabi Muhammad pada masanya. Namun, dibalik itu sebenarnya yang bisa kita petik adalah akan ada kemuliaan setelah cobaan.
Tuhan dengan pengetahuan azali-Nya sudah tahu dengan bencana berikut dengan kadar-kadar kejadiannya. Tuhan sejatinya ingin menyeleksi, atas timpaan bencana ini siapa yang benar-benar takut kepada-Nya dan siapa yang semakin ingkar atas-Nya.
Tapi, dari awal tulisan ini saya selalu menyebut Covid-19 adalah bagian kecil dari ujian Tuhan. Kalaupun kemudian Covid-19 ingin digambarkan sebagai tentara-tentara Tuhan maka sudah semestinya kita bersiap untuk menghadapi pasukan Tuhan yang lebih mengerikan lainnya, seperti Yakjuj Makjuj.
Banyak literatur yang mengutarakan seputar Yakjuj Makjuj baik dari sisi agama, maupun penelitian-penelitian barat. KBBI sendiri, juga punya persepsi atas Yakjuj Makjuj dengan menyebutnya sebagai dua golongan atau suku atau bangsa pada kekuasaan Zulkarnain yang telah membuat kerusakan di muka bumi.
KBBI sempat menyebut penjelasan ini dengan kata "telah", yang menandakan bahwa Yakjuj Makjuj sudah pernah datang ke dunia. Surah Al-Kahf ayat 92-96 menjelaskan cukup detail terkait kisah lampau ini.
Ringkasan globalnya, Yakjuj Makjuj dideskripsikan sebagai bangsa perusak yang belum tersentuh peradaban. Bahkan, bangsa ini sama sekali hampir tidak mengerti dengan bahasa dan pandainya merusak saja. Lalu, apakah bisa dihadapi?
Al-Qur'an mengisyaratkan bahwa Yakjuj Makjuj tidak mampu dihadapi karena pasukannya yang amat banyak. Dari hadis panjang riwayat Bukhari nomor 4741 diungkapkan bahwa jumlah Yakjuj Makjuj adalah 999 banding 1 manusia.
Karena tidak mungkin dibasmi kecuali hanya oleh Allah semata, akhirnya Raja Zulkarnain membangun Ar-Radm alias benteng untuk memisahkan Yakjuj Makjuj dari bangsa mereka.
Pada ayat 96 Surah Al-Kahf dijelaskan bahwa dinding/tembok pemisah ini terbuat dari besi dan tembaga yang dilelehkan sehingga mampu mengunci jalur (di antara 2 gunung) masuknya Yakjuj Makjuj.
Hingga saat ini pun ilmuan masih gencar membahasnya, baik tembok maupun kejelasan terkait siapa Zulkarnain sebenarnya.
Terkait dengan tembok Zulkarnain (Gerbang Caucasia; Pillars Stronghold; Iron Gate of Alexander The Great; Gerbang Alan; Gerbang Iberia), ada yang menyangkanya sama dengan tembok Cina. Dugaan ini tidak lepas dari anggapan bahwa Yakjuj Makjuj adalah bangsa Mongol dari utara yang merusuhi banyak negeri.
Tapi dugaan ini segera dibantah dengan fakta bahwa tembok Cina tidaklah sama dengan tembok Zulkarnain menurut kalam Allah dalam Surah Al-Kahf. Tembok Cina terbuat dari batu-batu dan dibangun bertahap selama ratusan tahun oleh para raja Dinasti Han, Ming dan sebagainya.
Sedangkan tembok Zulkarnain dibangun dari olahan cairan besi dan tembaga sehingga licin dan tak kuasa untuk dipanjat. Dari sisi tauhid, ini tidak lepas dari wahyu Allah.
Namun, walaupun praduga ini bisa segera ditentang, tidak serta-merta kita langsung bisa menyalahkan pendapat bahwa tembok Zulkarnain berada di Cina.Â
Tertuang penuturan Ibnu Bathuthah dalam kitab Rahlat Ibn Bathutah bahwa pegununan (tembok di antara 2 gunung) berada di sekitar 6 hari perjalanan dari Cina dan mengarah ke sebelah barat laut Cina, yaitu daerah-daerah Rusia.
Syahdan, mengenai Raja Zulkarnain sendiri punya banyak sebutan. Ada yang mengenalnya sebagai Al-Maqduni (Alexander Macedonia), Raja pada Masa Nabi Ibrahim, Raja Arab, hingga Qouresy (Raja Persia). Semua nama didasari dari nash-nash, termasuk juga dalam kitab Old Testament, kitab Daniel, serta kitab Asy'iya.
Dari sini, tersingkap sedikit makna bahwa sejatinya keberadaan Yakjuj Makjuj atau yang juga dikenal dengan sebutan Gog and Magog mengandung isyarat yang menyelisihi keadaan normal dan kurang selaras dengan berbagai konsep keilmuan. Tapi?
Para ilmuan tetap kukuh ingin menggali data sebanyak mungkin dan memaksimalkan ijtihad hingga kadar tertingginya. Karena landasannya adalah nash-nash yang mengarah kepada hakikat, tentu perlu ada keyakinan terlebih dahulu sembari menggali lebih jauh.
Lalu, apakah setelah menggali keberadaan Yakjuj Makjuj serta tembok Zukarnain lantas manusia bisa mempersiapkan diri untuk memeranginya?
Lebih dari sekadar bagian kecil dari ujian atau tentara Tuhan yang bernama Covid-19, Yakjuj Makjuj tidaklah mampu diperangi kecuali hanya dengan kuasa Allah semata.
Raja terkenal pada masanya, bahkan tertuang kisahnya dalam kalam Tuhan saja diperintahkan untuk menghindar dari Yakjuj Makjuj. Perintah ini cukup seiras dengan larangan kita untuk keluar rumah sebagai imbas dari Covid-19. Jalannya hanya sembunyi, dan kemudian lari.
Keberadaan Covid-19 Sebagai Ajang Latihan Jelang Kedatangan Pasukan Neraka Yakjuj Makjuj
Covid-19 barangkali bisa dicocokkan atau disebutkan sebagai tentara Tuhan. Tapi untuk Yakjuj Makjuj sebutannya lebih mengerikan, yaitu Pasukan Neraka. Sebutan ini tertuang dalam hadis panjang riwayat Bukhari dari Abu Sa'id Al-Khudri dalam kitab Shahih Bukhari nomor 4741.
Ketakutan terhadapnya sangatlah nyata. Berikut penulis sajikan perumpamaan yang tertuang dalam hadis itu:
"Maka ketika itu (muncul Pasukan Neraka) wanita hamil mengguggurkan kandungannya, anak kecil menjadi beruban, dan kamu melihat orang-orang itu mabuk padahal mereka tidak mabuk, akan tetapi itu adalah siksa Allah yang dahsyat. Keadaan itu memberatkan banyak orang sehingga wajah mereka berubah. Nabi Muhammad SAW bersabda, Diantara Yakjuj dan Makjuj  999 dan dari kalian satu."
Hadis ini merupakan peringatan sekaligus menandakan bahwa keburukan akan datang Yakjuj Makjuj semakin dekat. Dari perumpamaan di atas, terlihat bahwa kondisi manusia nanti di akhir zaman begitu berat hingga mendekati kata binasa.
Dalam riwayat lain pun diterangkan bahwa kekuatan Gog and Magog ini tak tertandingi. Dalam Yehezkiel 38 ayat 3-6 disebutkan:
"Dan katakanlah: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku akan menjadi lawanmu, hai Gog raja agung negeri Mesekh dan Tubal. Aku akan menarik engkau dengan mengenakan kelikir pada rahangmu dan membawa engkau ke luar beserta seluruh tentaramu, yaitu pasukan berkuda, semuanya berpakaian lengkap, suatu kumpulan orang banyak dengan perisai besar dan kecil dan semuanya berpedang di tangannya. Orang Persia, Etiopia, dan Put menyertai mereka dan semuanya dengan perisai dan ketopong.. Orang Gomer dengan seluruh bala tentaranya, Bet-Togarma dari utara sekali dengan seluruh bala tentaranya, banyak bangsa menyertai engkau."
Terlihat bahwa koalisi utama Gog and Magog begitu banyak dan tidak ada sedikit pun isyarat yang menandakan bahwa bangsa ini menggunakan alat-alat berbau teknologi. Ada pedang, perisai, ketopong (topi keras, topi besi/baja untuk perang), tombak dan berkendara kuda.
Tapi, kekuatan ini tidaklah bisa dilawan oleh manusia hingga kekuatan Allahlah yang meruntuhkan mereka semua.
Dalam agama Islam, kedatangan Yakjuj Makjuj adalah bagian dari rentetan tanda kiamat besar sekaligus menjadi fase terakhir dunia ini. Yakjuj Makjuj digolongkan sebagai tanda kiamat besar yang akan muncul di masa-masa kepemimpinan Nabi Isa A.S kembali turun ke dunia.
"Hingga apabila dibukakan (tembok) Yajuj dan Majuj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi." Surah Al-Anbiya ayat 96
Tempat yang tinggi atau dataran yang tinggi ini adalah kelanjutan dari isyarat dinding/tembok Zulkarnain yang sudah terbuka sesuai dengan Izin Allah.
Dalam hadis panjang dari Nawwas bin Sam'an ra diutarakan bahwa Nabi isa dan umat yang mengikutinya diperintahkan Allah untuk menghindar dan berlari dari kejaran Yakjuj Makjuj.
Rombongan Pasukan Neraka ini bagian depannya melewati danau Tiberias dan meminum air danau itu hingga kering. Tidak ada jalan dan upaya di hari itu kecuali mengikuti wahyu Allah kepada Nabi Isa untuk berlindung dan berlari ke bukit Tursina.
Dan, di sanalah akhir dari Yakjuj Makjuj. Allah menunjukkan kuasa-Nya dengan mengirimkan cacing-cacing/ulat ke leher Yakjuj Makjuj hingga semuanya tewas seketika. Sungguh mengerikan huru-hara akhir zaman ini.
Kita, barangkali bisa membayangkan betapa sulitnya hidup di masa itu (akhir zaman). Masa di mana kekuatan teknologi sudah tiada, masa di mana kekuatan manusia sudah tidak berguna. Berkali-kali kita mesti menghindar dan menjauhkan diri dari Pasukan Neraka dan hanya punya satu perlindungan, yaitu Allah SWT.
Jika bayangan ini kembali kita kaitkan dengan kondisi dunia hari ini, agaknya keberadaan Covid-19 sudah sedikit menjelaskan butir demi butir kesusahan dan ketiadabergunaan teknologi.
Terang saja, kita berkali-kali diminta oleh WHO maupun pemerintah setempat untuk menghindar dari Covid-19 dengan berdiam diri di rumah, serta memulai segala sesuatu dari rumah.
Masuknya Covid-19 ke rumah tanpa perantara benda atau manusia lain tidaklah mungkin, bahkan hingga penelitian-penelitian terbaru saat ini. Begitu pula dengan deskripsi fenomena akhir zaman bernama Yakjuj Makjuj, mereka tidak sampai mencari manusia hingga ke bilik-bilik atau sudut rumah.
Hingga hari ini, kita masih berjibaku dan mulai tertimpa kebosanan karena Covid-19. Keberadaan teknologi dan para peneliti pun tak bisa bicara banyak untuk melawan kengeriannya. Jalan yang ditempuh hanyalah menghindari dan jika terlanjur, maka mengobati.
Sikap menghindari Covid-19 bukan berarti tanda kita menyerah dengan keadaan, melainkan sebagai bentuk ikhtiar agar dijauhkan dari serangan tentara Tuhan ini. Tampak, semakin jelas bahwa hanya Allah semata yang mampu menghentikan pandemi Covid-19.
Sekalian saja, keberadaan Covid-19 kita jadikan persiapan latihan untuk menghadapi ujian Allah yang lebih berat dan lebih ganas dari Covid-19. Jika Covid-19 adalah tentara-tentara kecil Tuhan, maka Yakjuj Makjuj adalah Pasukan Neraka yang tampak dan nyata.
Masa-masa ini, sesuai dengan nash-nash shahih akan kita lalui seiring dengan semakin dekatnya hari kiamat. Tiada perlindungan, kecuali hanya kepada Allah semata.
Akhirnya, marilah terus kita memanjat doa agar bencana Covid-19 segera berakhir dan masing-masing dari kita diberikan kekuatan iman untuk melewatinya. Aamiin.
Wallahua'lam bissawab.
Sumber:
Al-Qur'an dan Terjemahannya
Ensiklopedi Akhir Zaman karya Muhammad Ahmad Al-Mubayyadh dengan judul asli Al-Mausu'ah fi Al-Fitan wa Al-Malahim wa Asyrath As-Sa'ah, Surakarta: Granada Mediatama, 2017
Fath Al-Qadir, Asy-Syaukani
www.sabda.org
Kumparan.com
KBBI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H