Banyak literatur yang mengutarakan seputar Yakjuj Makjuj baik dari sisi agama, maupun penelitian-penelitian barat. KBBI sendiri, juga punya persepsi atas Yakjuj Makjuj dengan menyebutnya sebagai dua golongan atau suku atau bangsa pada kekuasaan Zulkarnain yang telah membuat kerusakan di muka bumi.
KBBI sempat menyebut penjelasan ini dengan kata "telah", yang menandakan bahwa Yakjuj Makjuj sudah pernah datang ke dunia. Surah Al-Kahf ayat 92-96 menjelaskan cukup detail terkait kisah lampau ini.
Ringkasan globalnya, Yakjuj Makjuj dideskripsikan sebagai bangsa perusak yang belum tersentuh peradaban. Bahkan, bangsa ini sama sekali hampir tidak mengerti dengan bahasa dan pandainya merusak saja. Lalu, apakah bisa dihadapi?
Al-Qur'an mengisyaratkan bahwa Yakjuj Makjuj tidak mampu dihadapi karena pasukannya yang amat banyak. Dari hadis panjang riwayat Bukhari nomor 4741 diungkapkan bahwa jumlah Yakjuj Makjuj adalah 999 banding 1 manusia.
Karena tidak mungkin dibasmi kecuali hanya oleh Allah semata, akhirnya Raja Zulkarnain membangun Ar-Radm alias benteng untuk memisahkan Yakjuj Makjuj dari bangsa mereka.
Pada ayat 96 Surah Al-Kahf dijelaskan bahwa dinding/tembok pemisah ini terbuat dari besi dan tembaga yang dilelehkan sehingga mampu mengunci jalur (di antara 2 gunung) masuknya Yakjuj Makjuj.
Hingga saat ini pun ilmuan masih gencar membahasnya, baik tembok maupun kejelasan terkait siapa Zulkarnain sebenarnya.
Terkait dengan tembok Zulkarnain (Gerbang Caucasia; Pillars Stronghold; Iron Gate of Alexander The Great; Gerbang Alan; Gerbang Iberia), ada yang menyangkanya sama dengan tembok Cina. Dugaan ini tidak lepas dari anggapan bahwa Yakjuj Makjuj adalah bangsa Mongol dari utara yang merusuhi banyak negeri.
Tapi dugaan ini segera dibantah dengan fakta bahwa tembok Cina tidaklah sama dengan tembok Zulkarnain menurut kalam Allah dalam Surah Al-Kahf. Tembok Cina terbuat dari batu-batu dan dibangun bertahap selama ratusan tahun oleh para raja Dinasti Han, Ming dan sebagainya.
Sedangkan tembok Zulkarnain dibangun dari olahan cairan besi dan tembaga sehingga licin dan tak kuasa untuk dipanjat. Dari sisi tauhid, ini tidak lepas dari wahyu Allah.
Namun, walaupun praduga ini bisa segera ditentang, tidak serta-merta kita langsung bisa menyalahkan pendapat bahwa tembok Zulkarnain berada di Cina.Â