Saat ini, para siswa belajar apa di rumah? Apakah hanya sebatas mengerjakan tugas-tugas kognitif dari guru saja? Jika iya, maka setidaknya ada beberapa hal yang perlu diluruskan.
Ungkap Mas Nadiem ini tajuk utamanya adalah Meaningfull Learning yang berarti pembelajaran yang bermakna. Apakah tugas sudah bermakna? Tergantung tugasnya.
Jika tugas yang diberikan oleh guru sudah mengaitkan antara materi-materi kognitif dengan informasi baru pada konsep-konsep relevan hari ini, maka tugasnya sudah bisa disebut sebagai tugas yang bermakna. Contohnya?
Misal, ada tugas dari guru yang meminta siswa mengaitkan hubungan antara wudhu dengan cara cuci tangan yang baik dan benar menurut WHO.
Tugas ini bisa disebut bermakna karena baik cara berwudhu dengan cuci tangan ala WHO keduanya diarahkan kepada fakta nyata yang bernama coronavirus.
Siswa bisa dituntut untuk bisa mempraktikkan, mengkritisi, membandingkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga memetik makna terdalam dari kebersihan. Tugas seperti inilah sebenarnya yang diharapkan oleh Mas Nadiem. Ini hanyalah sebuah contoh saja.
2. Belajar dari Rumah, Fokus Pada Pendidikan Kecakapan Hidup
Bisa disebut life skills, ya. Rasanya kebijakan yang satu ini sangat pas untuk Mas Nadiem utarakan karena life skills sudah mengarah kepada program informal dan nonformal. Artinya, siswa bisa mendapatkannya di luar sekolah, terutama dari orangtuanya sendiri.
Mengapa demikian? Terang saja, life skills mengarah pada kecakapan-kecakapan praktis yang berguna bagi siswa dalam menghadapi persoalan kehidupan.
Dari ranah pribadi dan sosial misalnya, siswa diatur tata kramanya, dimuliakan akhlaknya, ditanamkan tanggung jawabnya, diajak bersikap objektif, berempati serta menyesuaikan diri dengan kondisi sosial di lingkungannya.
Untuk memenuhi dan mengaitkannya dengan kisah pandemi corona hari ini, orangtua melalui koordinasi dari guru bisa mengenalkan kepada siswa bagaimana itu social distancing. Ajak siswa berpikir objektif mengapa harus ada jaga jarak, dan biarkan siswa memetik makna positifnya.