Merdeka Belajar, tepatnya pada 10 Maret 2020 gagasan besar Kemendikbud ini sudah memasuki episode 4. Judulnya adalah "Program Organisasi Penggerak" yang memiliki tujuan utama meningkatkan kualitas SDM ranah pendidikan.
Dalam program yang masih berpayung Merdeka Belajar ini, Kemendikbud rencananya akan melibatkan organisasi masyarakat dan relawan yang concern pada mutu dan kualitas pendidikan.
Komitmennya lagi-lagi jelas untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa di seluruh Indonesia, baik di pusat maupun di daerah.
Untuk menggapai cita ini, dalam beberapa tahun ke depan Kemendikbud akan mendorong lahirnya ribuan "Sekolah Penggerak" yang mampu mendemonstrasikan kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership).
Fokus utamanya dilayangkan kepada kepala sekolah dan guru terutama untuk memaksimalkan pembelajaran di sekolah. Jika nanti sudah mantap, maka sekolah-sekolah ini bisa jadi penggerak bagi sekolah lain untuk berkemajuan.
Mas Nadiem mengutarakan bahwa di dalam sekolah penggerak terkandung tiga hal yang masing-masing sudah dilakukan baik oleh kepala sekolah, guru dan siswa. Tiga hal ini adalah banyak tanya, banyak coba dan banyak karya.
Lebih lanjut, Mas Nadiem seperti yang telah dirangkum oleh Kompas, mengungkapkan ada 4 ciri utama sekolah penggerak:
- Memiliki kepala sekolah yang mengerti proses pembelajaran siswa dan mampu mengembangkan guru
- Berpihak pada siswa
- Menghasilkan profil Pelajar Pancasila
- Adanya dukungan komunitas yang mendukung proses pendidikan di dalam kelas
Menimbang 4 ciri sekolah penggerak, tampaknya tujuan utama Mas Nadiem yang perlu jadi perhatian adalah menghasilkan Pelajar Pancasila.
Dibandingkan menghasilkan kepala sekolah, metode pembelajaran maupun komunitas yang bisa jadi penggerak, tujuan mencetak profil Pelajar Pancasila merupakan hal yang cukup berat.
Mengapa berat? Lagi-lagi kita berbicara soal karakter, dan karakter kali ini merupakan buah dari pengamalan Pancasila.
Terlebih lagi saat kita menyibak sedikit saja wajah pendidikan hari ini, tampak jelas banyak fakta permusuhan di kalangan pelajar, perundungan, degradasi adab kepada orang tua dan guru, hinggalah muncul tindakan asusila.
Kenyataan ini begitu pelik dan runyam jika kita rekatkan kata pelajar dengan generasi penerus bangsa. Terang saja, tanpa karakter yang mantap, para generasi penerus malah akan membuat NKRI pontang-panting mencapai kedamaian.