Anda sudah bayar sewa indekos hari ini?
Persoalan bayar-membayar biasanya agak repot, apalagi jika kisah ini tentang anak kos di tanah rantau. Kalau bisa, cari kos yang dekat dengan lokasi kerja atau kampus, harga sewa murah, aman, damai dan sejahtera.
Lah, kok sejahtera? Tentu saja akan sejahtera jika jarang dihampiri pemilik kos. Hohoho
Terang saja, kadang handuk masih berserakan, piring kotor yang awalnya bermotif batik kini sudah berjamur, selimut beterbangan, dan sarang laba-laba sudah bergambar tato mawar merah di dekat lampu. Artinya? Surat cinta yang berisi tagihan bayar listrik, bayar air, dan bayar kos telah diterima. Upps
Memang ada juga pemilik kos yang baik hati dan rela beberapa kali mengantarkan sayur gratis, memberikan meja belajar, hingga memperbaiki kunci pintu yang rusak. Tapi tetap saja, itu kalau sudah bayar kos. Hahaha
Bayangkan saja jika pemilik kos malah sering berkunjung tiap pagi atau sore, hanya untuk mengawasi anak kos. Pasti handuk setiap pagi sudah rapi terjemur, sampah sudah berlarian untuk masuk ke tempatnya, bahkan laba-laba yang tadinya mau bersarang langsung lari ketakutan karena melihat pemilik kos.
Tentu ada pemilik kos yang sengaja membuat rumah besarnya sebagai ladang berteduh bagi anak-anak rantau. Anak rantau juga demikian, sebagian dari mereka ada yang ingin tinggal di kosan yang terjaga dan terpantau.
Entah ini amanat dari orangtua mereka, atau memang mereka sendiri yang ingin cari aman. Terlebih lagi jika anak rantaunya perempuan. Jika tidak dapat kos-kosan yang ramai dengan anak perempuan, maka prakarsanya adalah mencari kos yang ada penjaganya.
Kalau untuk laki-laki relatif bebas. Kalau perlu jauh-jauh dari tempat kerja atau sekolah pun tak mengapa. Pertimbangannya, pertama harga sewa cenderung lebih murah, dan kedua ada alasan untuk terlambat. Hmm.
Walau demikian, persoalan harga sewa indekos kadang tidak selalu mengerucut dan langsung deal. Ada kebingungan tertentu antara memilih bayar sewa bulanan atau tahunan. Entah itu tentang kemudahan membayar, atau pertimbangan lain seperti ancang-ancang jika tidak betah.
Bayar Sewa Indekos Bulanan
Tidak sedikit anak-anak rantau memilih opsi indekos yang menerapkan bayaran sewa bulanan. Kebanyakan dari mereka adalah para mahasiswa tingkat akhir serta para pekerja yang suka pindah-pindah kos.
Kadang, ada beberapa dari mereka yang pindah kos setiap 3 bulan sekali. Macam-macam hal yang menyebabkan mereka tidak betah. Entah itu soal air yang sering mati, listrik yang berdaya rendah, akses jajan yang jauh, konflik dengan tetangga sebelah kos, hingga kedatangan penghuni kos baru yang ternyata itu adalah mantan. Upps!
Terang saja, tidak semua ungkapan pemilik kos akan sesuai dengan kenyataan di hari selanjutnya. Awalnya pada bulan pertama pemilik kos berjanji biaya kos beserta listriknya sebegini, tapi ternyata di bulan berikutnya malah naik sebegitu. Ya, mendingan pindah saja!
Bagi mahasiwa semester akhir, ternyata biaya sewa indekos bulanan lebih irit dibandingkan harus bayar tahunan. Karena gelarnya semester akhir, biasanya banyak hari-hari libur yang di isi untuk cari referensi skripsi atau pulang kampung. Atau, jangan-jangan lebih banyak tidur di rumah teman daripada di kos sendiri? Bisa jadi.
Anggap saja biaya per bulannya Rp 300.000 x 1 tahun = Rp 3.600.000, ini jika full ngekos tanpa ada libur. Tapi, jika ia seorang mahasiswa maka minimal ada waktu libur 2-4 bulan dalam satu tahun. Kan lumayan untuk beli siomay! Hihihi
Walau demikian, anak-anak rantau yang bayar sewa indekos bulanan tidak selalu enak dan menyenangkan. Jujur saja, hari-hari dalam satu bulan berlalunya sangat cepat, bergantinya sangat singkat hingga kadang lupa hari ini sudah tanggal berapa.
Lah? Sudah tanggal 26 saja, berarti harus segera bayar sewa, kan? Eh, beruntung pemilik kosnya baik, jadi bayarnya bisa dirapel 2 atau 3 bulan sekali. Hohoho. Bahagianya anak rantau yang punya pemilik kos seperti itu. Nikmat apa lagi yang mau didustakan! Hihihi
Atau Bayar Sewa Tahunan Saja?
Ada orang yang mudah bosan, namun ada pula orang yang mudah cocok, termasuk dalam hal indekos. Jika persepsi awal tentang kos itu sepertinya nyaman, tempatnya strategis, air lancar, sinyal kuat, ada WIFI, hingga dekat dengan warung makan, maka mengapa tidak?
Jangankan bagi para perantau yang sudah bekerja, mereka yang masih sekolah saja mau bayar sewa tahunan. Terang saja, persoalan pindah kos tidak selalu indah seperti kelihatannya. Pindah-memindah barang adalah hal yang melelahkan. Butuh tenaga, butuh bantuan orang lain, dan juga butuh dana.
Bayangkan saja jika seorang anak kos selama ini sudah bawa kasur, kompor gas, dispenser, lemari pakaian, bahkan kulkas. Bagaimana mau pindah, atau mau dilelang dulu ya barang yang berat-berat! Huuufh
Di sisi lain, ketentuan bayar sewa kos kadang datang dari pemilik kos dan itu sudah baku. Kenyataan yang terjadi adalah belum tentu dengan keluarnya penghuni kos lama akan datang penghuni kos baru dalam waktu dekat.
Bahkan, ada pula pemilik kos yang rela memberikan diskon besar-besaran kepada anak-anak kosnya yang bisa mendatangkan penghuni kos baru. Wah, kesempatan ini!
Selain itu, dengan membayar sewa kos per tahun pikiran tidak akan terbebani tiap bulan. Waktu satu tahun lumayan lama dan penghuni kos juga relatif jarang dihampiri pemilik kos. Bisa jadi pemilik kos malah tambah suka jika anak kos bayarnya tahunan.
Contohnya, adik saya yang saat ini indekos di Bengkulu untuk melanjutkan kuliah. Ia bayar kos per tahun dan baru-baru ini dapat hadiah meja gratis dari Ibu pemilik kos. Awal-awal ngekos ia sudah dapat kasur dan beberapa kali makanan enak berdatangan.
Sepertinya Ibu kos memang begitu baik. Bagaimana jika bayarnya langsung 5 tahun, jangan-jangan diberi hadiah televisi? Hohoho
Seiring sejalan, para penghuni kos yang sudah bayar sewa tahunan pasti akan menghadapi masa-masa galau. Ya, jika libur kerja atau sekolah lebih dari satu bulan rasanya ada kerugian tersendiri untuk meninggalkan kos. Mau lama bermalam di kampung dan kos dibiarkan kosong, kita sudah bayar. Sebaliknya, tidak enak pula jika menghabiskan waktu libur di kosan saja.
Lebih dari itu, rasa suntuk juga akan datang saat anak kos sudah punya niat pindah. Terlebih lagi jika baru ngekos dalam hitungan beberapa bulan sudah berkoar tidak betah atau ada konflik internal dengan orang-orang di kosan. Mau pindah, sebenarnya boleh saja. Tapi, pemilik kos untung banyak, kan? Hmmm.
Lagi-lagi penghuni kos harus jaga sikap, sabar, kuat hati, dan kuat diri. Biar bagaimanapun keadaannya, pekerjaan harus jalan. Biar serumit apapun kondisi kos, sekolah harus tetap jalan. Ini adalah bentuk tanggung jawab diri. Sederhananya, kenapa kemarin begitu ingin merantau dan ngekos?
Pertanyaan ini harus senantiasa direnungkan saat anak kos merasa suntuk dan bosan. Bukan semata-mata tentang keinginan memilih sewa kos bulanan maupun tahunan, melainkan tentang kelanjutan hidup di tanah rantau.
Memang tidak terpungkiri saat tertimpa masalah atau konflik di kos akan ada pikiran "jika cocok lanjut, jika bosan pindah. Ribet amat!". kedengarannya tidak ribet memang, tapi saat dilalui bukannya akan tambah ribet?
Akhirnya, fokuskan diri. Tujuan utama merantau untuk apa, dan progress hari ini sudah sejauh mana.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H