Apakah khalifah di negeri kita sudah memanfaatkan potensi "kebaikannya"?
Apakah pemangku amanat di negeri kita memanfaatkan potensi "kebaikannya"?
Dan apakah kita telah memanfaatkan ilmu, akal, dan nurani kita sebagai seorang insan?
Hebatnya, jabatan khalifah/pemimpin semakin hari semakin diperebutkan.Â
Mulia: Belajar dari Petani Sayuran
Sekarang renungkanlah, bayangkanlah, jika kita menjadi seorang petani sayuran. Mulai dari kita menanam sayuran, memberinya pupuk, memberinya kayu penopang agar berdiri tegak, menjaganya dengan pestisida, insektisida, menjauhkannya dari benalu, dari bakteri, jamur, rumput liar, ilalang, ya kan? Itu semua kita lakukan untuk apa?
Masya Allah, agar sayuran itu lahir sebagai sayuran yang sempurna. Dan sekarang, dengan ucapan istighfar, Astagfirullah al adzim, ayo kita renungkan, bayangkan, dan camkan diri kita. Tidak usah lihat orang lain, tidak usah lihat orang disamping kita, langsung lihat diri dan hati kita. Kemudian tanyakan kepada hati kita.
Pertanyaannya:
Sudahkah kita menanam diri dan hati kita dengan iman, ihsan dan taqwa?
Sudahkah kita memupuk diri kita dengan ilmu, Â akidah, syariat, Al-Qur'an dan hadis?
Sudahkah kita jaga hati dan diri kita dengan akhlak nabi Muhammad?
Sudahkan kita menjauhkan diri dan hati kita dari perbuatan syeitan, su'ul, Â keji dan munkar?
Beranikah kita katakan sudah dengan kencang?
 Beranikah kita katakan sudah dengan lantang?
 Astagfirullah al adzim. Sungguh hina diri kita, yang bertabur banyak dosa ini. Malu kita sebagai hamba yang diciptakan secara "ahsani taqwim", jika  tidak memuliakan diri kita sendiri.
Ada beberapa Cara menjadi manusia mulia:
Beriman, bertaqwa dan beramal Sholeh di sisa waktu
Angka Tahun baru Islam semakin hari semakin bertambah. Tapi, sadar atau tidak waktu kitalah yang semakin berkurang. Untuk itu kita harus menambah kualitas iman, taqwa, dan senantiasa beramal sholeh.
Singkatnya adalah memuliakan diri dihadapan Allah SWT. Caranya bagaimana? Yuqimonassholat (Mendirikan sholat), wa atuzzakat (membayar zakat), amanu (beriman), amilussholihat (beramal saleh), qolilam minal lail ma yahja'un (sedikit tidur di waktu malam), yastaghfirun (selallu memohon ampun kepada Allah). Semua ini adalah untuk masuk ke surganya Allah. Aaamiin Ya rabbal 'Alamiin.
Menjadi perantara penyebar pesan ilahi
Apakah manusia itu mulia jika jadi presiden? Apakah manusia itu mulia jika jadi raja? Jadi Bupati? Jadi Gubernur? Jadi orang paling kaya? Jadi Ilmuan dunia? Belum tentu. Ulama besar Abdullah Ibnul Mubarak dalam kitabnya Tahzibul Kamal menegaskan bahwa orang yang paling mulia setelah Rasul adalah para pendakwah alias penyampai pesan Tuhan. Kenapa disebut mulia?
Karena dengan ilmu yang di sebarkan, kita tahu yang haq mana yang batil, mana jalan ke surga, mana jalan ke neraka, hingga mana jalan yang harus kita tempuh agar sampai ke surga. Penyebar pesan Tuhan tidak mesti harus ulama, ustad, maupun imam. Guru juga bisa, orang tua juga bisa, bahkan tiap-tiap dari kita bisa.