Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Muharam 1441 H, Mari Kita Gapai Hakikat Kemuliaan

31 Agustus 2019   16:27 Diperbarui: 31 Agustus 2019   22:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah khalifah di negeri kita sudah memanfaatkan potensi "kebaikannya"?
Apakah pemangku amanat di negeri kita memanfaatkan potensi "kebaikannya"?
Dan apakah kita telah memanfaatkan ilmu, akal, dan nurani kita sebagai seorang insan?

Hebatnya, jabatan khalifah/pemimpin semakin hari semakin diperebutkan. 

Mulia: Belajar dari Petani Sayuran

Sekarang renungkanlah, bayangkanlah, jika kita menjadi seorang petani sayuran. Mulai dari kita menanam sayuran, memberinya pupuk, memberinya kayu penopang agar berdiri tegak, menjaganya dengan pestisida, insektisida, menjauhkannya dari benalu, dari bakteri, jamur, rumput liar, ilalang, ya kan? Itu semua kita lakukan untuk apa?

Masya Allah, agar sayuran itu lahir sebagai sayuran yang sempurna. Dan sekarang, dengan ucapan istighfar, Astagfirullah al adzim, ayo kita renungkan, bayangkan, dan camkan diri kita. Tidak usah lihat orang lain, tidak usah lihat orang disamping kita, langsung lihat diri dan hati kita. Kemudian tanyakan kepada hati kita.

Pertanyaannya:
Sudahkah kita menanam diri dan hati kita dengan iman, ihsan dan taqwa?
Sudahkah kita memupuk diri kita dengan ilmu,  akidah, syariat, Al-Qur'an dan hadis?
Sudahkah kita jaga hati dan diri kita dengan akhlak nabi Muhammad?
Sudahkan kita menjauhkan diri dan hati kita dari perbuatan syeitan, su'ul,  keji dan munkar?
Beranikah kita katakan sudah dengan kencang?
 Beranikah kita katakan sudah dengan lantang?

 Astagfirullah al adzim. Sungguh hina diri kita, yang bertabur banyak dosa ini. Malu kita sebagai hamba yang diciptakan secara "ahsani taqwim", jika  tidak memuliakan diri kita sendiri.

Ada beberapa Cara menjadi manusia mulia:

Beriman, bertaqwa dan beramal Sholeh di sisa waktu

Angka Tahun baru Islam semakin hari semakin bertambah. Tapi, sadar atau tidak waktu kitalah yang semakin berkurang. Untuk itu kita harus menambah kualitas iman, taqwa, dan senantiasa beramal sholeh.
Singkatnya adalah memuliakan diri dihadapan Allah SWT. Caranya bagaimana? Yuqimonassholat (Mendirikan sholat), wa atuzzakat (membayar zakat), amanu (beriman), amilussholihat (beramal saleh), qolilam minal lail ma yahja'un (sedikit tidur di waktu malam), yastaghfirun (selallu memohon ampun kepada Allah). Semua ini adalah untuk masuk ke surganya Allah. Aaamiin Ya rabbal 'Alamiin.

Menjadi perantara penyebar pesan ilahi

Apakah manusia itu mulia jika jadi presiden? Apakah manusia itu mulia jika jadi raja? Jadi Bupati? Jadi Gubernur? Jadi orang paling kaya? Jadi Ilmuan dunia? Belum tentu. Ulama besar Abdullah Ibnul Mubarak dalam kitabnya Tahzibul Kamal menegaskan bahwa orang yang paling mulia setelah Rasul adalah para pendakwah alias penyampai pesan Tuhan. Kenapa disebut mulia?

Karena dengan ilmu yang di sebarkan, kita tahu yang haq mana yang batil, mana jalan ke surga, mana jalan ke neraka, hingga mana jalan yang harus kita tempuh agar sampai ke surga. Penyebar pesan Tuhan tidak mesti harus ulama, ustad, maupun imam. Guru juga bisa, orang tua juga bisa, bahkan tiap-tiap dari kita bisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun