Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa para Pengendara Begitu Emosional?

27 Agustus 2019   21:12 Diperbarui: 27 Agustus 2019   21:15 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengendara Mau Jadi "Pusat Perhatian"

Ini nih yang suka buat kita kesal! Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa yang "sok-sok" menyaingi Valentino Rossi atau bahkan Marc Marquez di jalanan. Hebatnya mereka beberapa kali meliuk-liuk dijalanan, kadang mengitari kendaraan lain yang berjalan pelan, kadang pula "sok-sok" mengangkat ban depan motor mereka alias Standing, didepan kita pula.

Dan ada juga dari mereka yang "sok" ini menyoraki kita yang berkendara dengan santai. Kadang Emak-Emak tua pula ikut mereka soraki. Sakitnya, nada sorakan itu begitu mengesalkan dan seakan mau menantang kita untuk "balapan". Huuh dasar, giliran mereka berhasil kita kejar saja pasti mereka tertunduk lesu dan "sok" mengaku salah dan minta maaf.

Hal-hal seperti "sok" adalah salah satu cara mereka yang emosional untuk dapat menjadi "pusat perhatian". Sesekali wajarlah, pikiran mereka tentu agar dipandang hebat dan berbakat. Lagi-lagi mereka salah kostum jalan. Dan lagi-lagi kita perlu bersabar.

Bagaimana agar pengendara tidak emosional?

Menjadi tidak emosional dalam berkendara menurut saya sangat mudah. Yaitu hanya dengan menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan. Dengan cara ini, kita rasanya akan lebih bijak dalam menghadapi situasi yang tidak "baik" di jalanan. Biarpun kita lapar, capek, atau bahkan di kejar "tayang", dengan olah nafas setidaknya kita lebih mudah untuk tenang dan sabar.

Dari sinilah akan muncul sikap memaklumi. Ya, wajar saja kita semua manusia. Tentu kita sering lihat para Emak-Emak yang lampu sen-nya menandakan belok kanan, eh tapi nyatanya Emak itu belok ke kiri. Mungkin kita sendiri juga pernah seperti itu hingga ditegur dengan pengguna jalan lain. hal seperti ini jika tidak kita "maklumi" dan bersikap "pengertian" tidak akan berkesudahan. Apalagi jika berhadapan dengan Emak-Emak. Ya, namanya juga The Power of Emak-Emak. Mereka kuat dan hebat di jalanan. Hehe

Hal sederhana lainnya yang dapat kita lakukan agar tidak emosional saat berkendara adalah "senyum". Ya, dengan senyum kita tidak jadi marah, dan orang lain pula tidak jadi marah. Apalagi jika jika melambaikan tangan tanda maaf, atau melambaikan tangan seraya meminta pengendara lain berjalan duluan. Yang lebih baik, tentu saja kita mengucapkan permintaan maaf dengan senyuman.

Dengan senyuman dan kerendahan hati, para pengendara akan lebih aman dan jangan lupa bahwa dibalik senyuman ini terselip sebuah doa dan pengharapan agar para pengendara itu selamat sampai tujuan. Kita mungkin tidak sadar, namun berkat senyuman kita secara tidak langsung akan lega dan lebih berhati-hati dalam berkendara.

Antara olah nafas dan senyum, keduanya mungkin sederhana namun tidak semua orang bisa melakukannya dengan baik. Lagi-lagi kita kembali butuh persiapan fisik dan mental dalam berkendara. Profesionalitas dalam berkendara juga penting, karena sejatinya para pengendara lain tidak tahu apa permasalahan kita.

Dengan demikian, selama berkendara kita bisa ikuti pesan para tetua dan polisi.
"Pelan-pelan saja, asal sampai dengan selamat".
"Jangat ngebut-ngebut! Ingat, keluarga Anda menantikan Anda sampai ke rumah dengan selamat".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun