Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Seorang Guru Jelajahi Pulau Jeju, Korea Selatan

30 Desember 2024   07:06 Diperbarui: 2 Januari 2025   08:47 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bertualang di Jeju Stone Park, Pulau Jeju, Korea Selatan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Satu hal yang membuat saya mudah bergaul di Pulau Jeju adalah karena sejak awal warga lokal mengira saya orang Korea. Katanya mata dan rambut saya mirip warga Negeri Ginseng. 

Saya belajar sejarah masyarakat Jeju di Jeju Stone Park. Di sana menjelajahi perkampungan dan bekas perkampungan yang penuh dengan peninggalan masa lalu. 

Perjalanan di tengah hutan yang seolah membawa saya sedang syuting drama Korea dan film kolosal Korea. Bulu badan saya sempat berdiri tegak mana kala masuk lebih jauh ke area perkampungan kuno yang sunyi sepi dan was-was terhadap sengatan lebah dan ular berbisa. 

Di puncak gunung tertinggi Korea Selatan, Gunung Hallasan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 
Di puncak gunung tertinggi Korea Selatan, Gunung Hallasan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 

Salah satu yang paling berkesan adalah ketika saya berhasil mendaki dua puncak gunung tertinggi di Pulau Jeju. Tanggal 1 Oktober 2024, saya sukses tiba di puncak Gunung Halla, yakni Witse Oreum. 

Dua hari berselang, 3 Oktober 2024, saya mewujudkan satu mimpi terindah, menaklukkan puncak gunung tertinggi Korea Selatan, yakni puncak Baengnokdam di Gunung Hallasan. 

Selebihnya, saya sukses mengelilingi Pulau Jeju secara mandiri. Jiwa petualang saya lebih banyak membawa saya menjelajahi pegunungan, area pantai dan perkampungan. 

Saya banyak berinteraksi dengan warga lokal di sana. Keterbatasan bahasa adalah bumbu dari setiap percakapan yang berubah manis pada keakraban satu sama lain. Makan sayur mentah dan ragam real food lainnya adalah pengalaman yang tak ternilai harganya. 

Sementara kunjungan ke areal perkotaan tak terlalu menarik minat saya, berhubung apartemen yang saya tinggali tepat ada di pusat Kota Jeju. Gaya hidup modern dan megapolitan di Kota Jeju sudah cukup mewakili animo jelajah kota.

Di kota Jeju pula, saya bisa melihat seluruh kantor pemasaran dan mobil-mobil mewah kelas dunia. Mulai dari BMW, Mercedes-Benz, Cadillac hingga Tesla. Saya pun mendapati motor mewah Ferrari yang digunakan warga lokal sebagai kendaraan pengantar paket makanan. 

Wah, banyak sekali yang akan saya review dari perjalanan hidup saya sepanjang 2024 ini. Jika saya simpulkan, benar-benar tahun 2024 seperti film untuk menggambarkan perjalanan hidup saya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun