Selaras dengan tema Natal, keberadaan gereja-gereja di Kabupaten Enrekang adalah simbol Betlehem yang terpencil. Di sana ada kesederhanaan dan kedamaian. Inilah yang selama ini dialami oleh warga Kristen di Kabupaten Enrekang. Mereka hidup damai dan berdampingan dengan warga Duri yang mayoritas Muslim.Â
Konteks Betlehem adalah analogi dari sebuah kesederhanaan. Yesus lahir dalam sebuah kesederhanaan. Demikian pula komunitas Kristen dan Katolik yang ada di Kabupaten Enrekang.Â
Sinergi akan perbedaan keyakinan dan budaya antara warga Duri dan Toraja tertuang dalam ajakan menuju Betlehem, yakni hidup sederhana dan harmonis dalam kedamaian dengan sesama.Â
Kehadiran ketua BPS Gereja Toraja pada perayaan Natal Oikumene Duri Kompleks tahun ini adalah sebuah sejarah. Ini untuk pertama kalinya pemimpin tertinggi Gereja Toraja di sana.
Sepanjang sesi ibadah Natal, lebih dari 10 kali persembahan pujian Natal dalam bentuk solo, vocal group dan paduan suara. Vocal group dan paduan suara dinyanyikan secara bergantian oleh warga jemaat kawasan Duri Kompleks.
Pada sesi pembagian door prize Natal, ada pemandangan yang sangat menarik ketika salah satu peserta Natal dari warga Muslim mendapatkan door prize.Â
Seluruh rangkaian perayaan dan ibadah Natal berlangsung selama 5 jam. Gedung gereja penuh sesak sampai ke halaman gereja. Bangunan gereja dibangun di samping kantor Polsek Alla dan juga di samping masjid.Â
Kapolsek Alla yang didaulat sebagai ketua panitia Perayaan dan Ibadah Natal menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua warga gereja di Duri kompleks yang telah bersama-sama mendukung terlaksananya kegiatan.Â
Keunikan lain dalam perayaan Natal adalah banyak warga Muslim yang terlibat sebagai panitia. Secara khusus ibu-ibu di bagian konsumsi. Sementara kaum pria bertindak sebagai petugas keamanan bersama dengan personil Polsek Alla dan beberapa anggota TNI.Â
Di akhir acara, dilakukan sesi pencarian dana pembangunan gedung gereja. Aksi dana berupa lelang natura.Â