Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Seogwipo: Penghasil Jeruk Jeju dengan Kota yang Bersih dan Tenang

5 November 2024   05:27 Diperbarui: 10 November 2024   03:36 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalanan kota Seogwipo dengan taman bunga mini. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Seogwipo adalah kota kedua terbesar di Pulau Jeju. Letaknya bersebelahan dengan Kota Jeju. 

Seogwipo berada di bagian timur Pulau Jeju, menghadapkan langsung ke Laut Cina Timur. Gunung Hallasan merupakan pembatas alamiah antara Seogwipo dan Jeju. 

Perbedaan kontras Seogwipo dan Jeju adalah dari kemajuan pembangunan. Jeju penuh dengan gedung pencakar langit, sementara Seogwipo berada pada kondisi sebaliknya.

Cuaca sedikit hangat di Seogwipo dibangdingkan dengan Jeju. Hal ini diakibatkan oleh angin tropis yang masih menerpa Seogwipo. Sehingga, tidak mengherankan Seogwipo pun menjadi surga tanaman tropis.

Gunung Hallasan yang membentang membelah Pulau Jeju menjadi benteng penghalang hembusan angin tropis ke Kota Jeju. Sehingga cuaca kedua kota sedikit berbeda.

Jarak Kota Jeju ke Seogwipo sekitar 28 kilometer. Untuk menjangkau langsung kota Seogwipo tanpa sambung bus, bisa menggunakan bus warna biru nomor 282. Bus ini akan langsung membawa kita ke terminal bus yang ada di samping Jeju World Cup Stadium.

Selain itu, bisa menggunakan bus nomor 240 yang melintasi kaki gunung Hallasan. Tarif bus dari Kota Jeju ke Seogwipo adalah 1.150 Won. Jika menggunakan bus express warna merah dikenai tarif 2.000 Won. Sementara untuk taksi dan kendaraan carteran, menggunakan tarif bervariasi karena ikut menghitung penggunaan bahan bakar.

Jeruk khas Pulau Jeju. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Jeruk khas Pulau Jeju. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Jeruk Jeju yang terkenal di mana-mana paling banyak dibudidayakan di Seogwipo. Pada perjalanan saya ke Seogwipo hari Minggu (3/11/2024), menggunakan bus nomor 281, setelah melewati perbatasan dengan Kota Jeju, di sepanjang jalan hanya ada lahan-lahan perkebunan jeruk Jeju. 

Di samping itu, kios-kios dan toko-toko penjual buah yang juga dikenal dengan nama tangerine ini ada di mana-mana. Sekilas, gerai penjualan buah jeruk itu mirip dengan suasana di Maroangin (Enrekang) dan di sekitar jalan poros Palopo-Masamba (Luwu) di Sulawesi Selatan.

Dilihat dari jenisnya, kebun jeruk di Seogwipo terbagi menjadi tiga, yakni kebun tradisional yang ada di sekitar pekarangan rumah, kebun jeruk dengan pembatas jaring dan kebun jeruk model greenhouse. Model ketiga inilah yang mendominasi hasil produksi jeruk terbaik dari Pulau Jeju.

Sebenarnya, ketiga model lahan jeruk ini hasilnya mirip. Sama-sama bebas hama dan cairan kimiawi. 

Perpaduan hijaunya kebun jeruk di Seogwipo dengan jutaan phon pinus dan tanaman endemik Pulau Jeju lainnya menambah rindang daerah yang tak pernah sepi dari tiupan angin sejuk.

Hmmm.... tulisan besar yang menyambut saya di perbatasan Jeju-Seogwipo benar adanya. Hijau dan sejuknya lingkungan seantero Seogwipo selaras dengan slogan, "Seogwipo: When Humans and Nature are One."

Warga Seogwipo memang konsisten peduli terhadap lingkungan sekitarnya.

Jalanan kota Seogwipo dengan taman bunga mini. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Jalanan kota Seogwipo dengan taman bunga mini. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sepanjang perjalanan saya, jalan penghubung Kota Jeju dan Seogwipo lebar dan beraspal mulus serta bersih. Kondisi berbeda dengan Kota Jeju adalah jalanan di Seogwipo cenderung lengang tak seramai Kota Jeju. Meskipun agak lengang di hari libur, namun semua pengendara dan pejalan kaki tetap patuh pada lampu merah dan crosswalk.

Sekitar 1,5 jam perjalanan dari Kota Jeju, saya turun di terminal bus yang tepat bersebelahan dengan Jeju World Cup Stadium. Terminal bus ini sangat bersih dan nyaman. Toiletnya tak mengeluarkan bau pesing sama sekali, justru wangi.

Tujuan pertama saya di Seogwipo tentu saja salah satu saksi sejarah perhelatan Piala Dunia sepakbola tahun 2002 yang lalu, Jeju World Cup Stadium. Saya menghabiskan waktu lebih satu jam di kompleks stadion yang nyaman dan berteknologi tinggi itu.

Pusat perbelanjaan di Kota Seogwipo. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pusat perbelanjaan di Kota Seogwipo. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Secara umum, suasana kota Seogwipo tenang dan minim lalu-lalang kendaraan. Bahkan dalam tempo 5 menit, jalanan masih sepi dari kendaraan. Bus-bus angkutan kota dan bus VIP Limousine yang mengangkut rombongan wisatawan grup Jeju City Tour paling mendominasi. Sisanya sejumlah taksi dan kendaraan pribadi.

Kehidupan makin nyaman dengan pepohonan hijau di mana-mana. Banyak variasi taman-taman mini berupa pot yang berisi pohon bonsai pinus, cemara, pumpkin tree dan aneka bunga warna-warni yang sedang mekar. Sangat nyaman berjalan kaki menyusuri jalanan Seogwipo yang bersih dari sampah.

Musim gugur juga sudah mulai nampak di Seogwipo. Hanya saja tak seintens musim gugud di daerah Jeju. Menurut informasi dari warga lokal, salju jarang terjadi di wilayah Seogwipo karena cuaca sub tropis yang cenderung hangat. Salju akan banyak terjadi di wilayah Gunung Hallasan yang mengarah ke Kota Jeju.

Toko-toko penjual barang merek terkenal dunia juga melimpah di Seogwipo. Rata-rata toko di Seogwipo buka di siang hari hingga pukul 11 malam. Hal ini dikondisikan dengan intensitas kunjungan wisatawan yang lebih banyak hadir di malam hari meramaikan Seogwipo.

Pasar tradisional dengan penataan yang membuat pengunjung nyaman pun ada di Seogwipo. Pusat-pusat kuliner ada di berbagai tempat. 

Sementara untuk objek wisata, semua lokasi sebenarnya adalah tujuan menarik. Sayang sekali jika saya sampai melewatkannya. Cara paling baik menikmati kesejukan Seogwipo adalah dengan berjalan kaki. 

Bangunan di Seogwipo rata-rata berlantai 1 dan 2. Hanya beberapa bangunan apartemen dan hotel yang berlantai 5-10. Kondisi bangunan yang tak terlalu bertingkat di Seogwipo ini disesuaikan dengan tingginya intensitas angin laut dan badai yang menerjang sisi timur hingga sisi barat wilayah Seogwipo yang berbatasan dengan Jeju.

Pengalaman berharga mengunjungi kota di Pulau Jeju yang mungkin tak akan habis saya ceritakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun