Yang mendaki kali ini lebih banyak wanita muda yang lewat Gwaneumsa. Salah satu pemicunya adalah jalur Seongpanak sudah full pendaftar.
Hampir 4 jam berjalan kaki untuk jarak sejauh 6,9 km dengan diselingi beberapa kali istirahat singkat, saya tiba di Samgakbong Shelter. Sangat disarankan untuk buang air kecil  dan mengisi perut di Samgakbong Shelter. Di sini, terdapat satu pintu gerbang menuju puncak. Akan ditutup pada pukul 11.30.Â
Cuaca penuh kabut dan sangat dingin di sini, sekitar 12-14 derajat celcius. Beberapa pendaki langsung masuk shelter untuk makan, minum dan menghangatkan badan. O ya, di shelter ini ada fasilitas WiFi gratis. Beberapa titik pendakian dari Gwaneumsa masuk area blank spot. Jadi, ketersediaan WiFi ini sangat mendukung pendaki.
Dari pintu gerbang Samgakbong inilah summit attack  yang sesungguhnya. Masih ada tanjakan sejauh 2,7 km dengan hanya 4 kali bonus sesaat. Jalur landai 100 meter yang menuruni jalur menuju jembatan merah. Setelah itu terus mendaki tanpa henti. Kaki saya benar-benar sudah perih di sini. Urat betis kaki kanan sudah ngilu. Tetapi, semangat menuju Baeknokdam masih membara.
Baju dan tas ransel saya sudah basah ditembus kabut yang bergantian dengan hujan rintik-rintik.
Ah... di mana puncak... masih jauh. Hingga pada akhirnya saya tiba di vegetasi terbuka pada ketinggian 1.800 meter. Hanya dihiasi pohon cemara. Angin makin kaut berhembus. Kabut tebal mulai menyerbu kawah Baeknokdam di puncak. Pemandangan ini sangat luar biasa. Sejumlah pendaki bahkan berfoto ria pada beberapa tikungan menuju puncak.
Menjelang pukul 12:30, saya akhirnya menginjakkan kaki di Baeknokdam. Tak terasa, di tengah kenahagiaan, air mata saya menetes. Saya menangis bahagia tiba di puncak Gunung Hallasan, Baeknokdam, puncak Gunung tertinggi di Korea Selatan.
Terima kasih Tuhan. Akhirnya, bisa mencapai mimpi pribadi bisa mendaki gunung. Ini adalah rekor pribadi saya. Kebanggaan yang luar biasa karena bisa menaklukkan gunung tertinggi Korea Selatan.
Saya adalah satu-satunya orang Indonesia di puncak, dari ratusan pendaki yang silih berganti antri dengan tertib mengambil dokumentasi di dua tugu puncak Baeknokdam.
Beberapa pendaki lokal Korea menyebut nama Indonesia ketika melihat ada bendera Merah Putih di baju saya.Â