Pulau Jeju adalah Hallasan Mountain dan sebaliknya. Ini merupakan sebutan yang selalu disematkan kepada siapapun yang datang ke Pulau Jeju di Korea Selatan. Artinya, tidak sah berkunjung ke Pulau Jeju jika tidak mendaki ke Hallasan Mountain. Minimal mencapai puncak Gunung Halla di Witse Oreum.Â
Dan memang sebutan tersebut benar sekali. Keindahan Pulau Jeju bukanlah terletak pada keindahan kota Jeju dengan kehidupan megapolitannya atau eksotisnya Seogwipo dengan kehidupan tradsionalnya.Â
Hallasan Mountain yang ada dalam kawasan UNESCO World Heritage Hallasan National Park adalah tujuan sebenarnya bagi para wisatawan mancanegara dan warga lokal Korea Selatan.Â
Sehingga, tidak mengherankan, semua jalur pendakian atau hiking trail selalu sibuk setiap hari. Baik jalur menuju puncak tertinggi ke Baengnokdam maupun jalur-jalur lain menuju puncak sekitar 60 oreum (istilah bukit vulkanis).Â
Berdasarkan pengalaman saya mendaki ke Hallasan Mountain, satu jalur yang paling menawan dari sisi pemandangannya adalah Eorimok Hiking Trail. Bagi saya, tempat ini adalah surga kecil yang terletak di atas salah satu puncak Gunung Hallasan.Â
Terdapat dua jalur hiking trail yang bisa digunakan untuk mencapai Eorimok Hiking Trail. Jalur pertama dari Donnaeko Hiking Trail dan jalur kedua dari Yeongsil Hiking Trail. Jalur Eorimok Hiking Trail dan Yeongsil Hiking Trail akan bertemu di puncak Witse Oreum. Adapun jalur Donnaeko Hiking Trail juga bisa mencapai Witse Oreum dari Nambyeok Junction.
Bagi pendaki pemula, sangat disarankan untuk melewati Yeongsil atau Donnaeko terlebih dulu. Jalur ini sedikit landai sehingga bisa turun puncak lewat Eorimok Hiking Trail.Â
Sensasi Eorimok Hiking Trail yang pertama adalah jalur tanjakan yang langsung menukik tajam hingga ketinggian 1.400 meter. Jalur menukik ini diberi tanda jalur merah. Sehingga, bagi yang belum pernah mendaki gunung atau bukan trail runner, akan kesulitan melewati jalur.Â
Jalur Eorimok Hiking Trail hampir serupa dengan Jalur Gwaneumsa Hiking Trail (satu dari dua jalur menuju puncak tertinggi Hallasan Mountain, Baengnokdam).Â
Sama seperti semua hiking trail di Hallasan National Park, jalurnya sudah ditata dengan rapi dan sangat baik. Terdiri dari rangkaian bebatuan, balok kayu, papan dan tali tambang besar yang dianyam.Â
Panjang rute Eorimok Hiking Trail adalah 4,7 km. Perjalanan dapat mencapai 6,7 km hingga ke Witse Oreum.
Jalur ini sebenarnya dulu adalah salah jalur terpendek untuk mencapai puncak Baengnokdam. Tetapi kemudian, bersama dengan jalur Donnaeko dan Yeongsil ditutup oleh pemerintah provinsi Jeju demi memulihkan kembali dan melindungi vegetasi.Â
Pendaki tidak diperkenankan keluar dari lintasan yang tersedia. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keselamatan pendaki, dan tetap menjaga kelestarian vegetasi sekitarnya.Â
Jalur Eorimok Hiking Trail yang sesungguhnya berawal dari Eorimok Hiking Trail Entrance di kompleks kantor UNESCO World Heritage. Pendakian dimulai dari ketinggian 970 meter mdpl.Â
Dari Eorimok Makgyo Brigde di Eorimok Valley, jalur menanjak setinggi kurang lebih 100 meter langsung menyambut. Tetapi, jalur sangat nyaman dilewati karena terbuat dari papan kayu yang kokoh dan tidak licin. Tambahan pula ada tali pengaman untuk berpegang di samping kiri dan kanan.Â
Uji nafas langsung tersaji di sini. Tak ada bonus jalan landai lagi. Jalan menanjak kombinasi bebatuan vulkanis dan balok-balok kayu besar menjadi pijakan kaki. Tanjakan menukik kategori sulit ini sejauh 1,8 km dengan perkiraan waktu tempuh 50 menit kecepatan normal.Â
Tersedia banyak tempat istirahat berupa bangku kayu dan balai-balai kecil pada setiap jarak 100 meter.Â
Walaupun jalur menanjak tajam, sesekali membuat nafas tersengal dan mulai membuat lutut, betis dan tulang kering terdampak; akan tetapi segarnya udara dan dinginnya cuaca musim gugur membuat badan tetap nyaman melangkah di bawah rimbunnya pepohonan. Semangat saya masih terjaga untuk menciptakan jejak lebih 10 ribu langkah mencapai Witse Oreum.
Terus melangkah naik, tanpa ada bonus jalur landai. Untuk mengatur nafas, setiap jarak 100 meter saya memilih istirahat sejenak. Sesekali menyapa pendaki yang mulai turun dari puncak.Â
"Annyeonghaseyo"
Sekelompok anak usia SMP berpapasan dengan saya. Mereka ditemani satu orang guru. Suara mereka ramai. Tak terlihat rona muka capek sama sekali.Â
Lalu, tak lama saya juga berjumpa dengan satu keluarga kecil yang sedang menuntun sepasang anak mereka. Usai anak saya perkirakan 4-5 tahun. Luar biasa, anak sekecil itu sudah mampu mendaki bersama orang tuanya.Â
Daun kekuningan berjatuhan mulai ramai menghiasi jejak langkah dan pandangan. Ya, musim gugur telah memasuki minggu keempat di Pulau Jeju.Â
Pada ketinggian 1.400 mdpl, hutan lebat masih melindungi badan. Batang-batang pohon mencengkeram kuat tanah dan bebatuan vulkanik. Sedikitpun tak ada jejak penebangan liar. Batang pohon yang sudah mulai lapuk diberi tanda bendera merah. Hal ini dimaksudkan agar pendaki tidak bersandar atau memegangnya.Â
Tak terasa, setelah kurang lebih 40 menit, jalur bebatuan vulkanik berakhir. Jalur mulai landai menyambut langkah saya. Jalan kini berganti trek balok-balok kayu yang ditata sangat rapi dan kuat.Â
Vegetasi tumbuhan pun mulai berubah. Dari pepohonan berbatang besar berganti pohon pinus dan cemara serta beragam tumbuhan semak lainnya.Â
Ah....saya menghirup udara segar di tengah cuaca yang sangat dingin. Tiba-tiba pula kabur tebal langsung menutupi area pandangan disertai hujan rintik-rintik.Â
Beruntung hujannya hanya sementara saja. Satu lagi, saya tak membawa mantel hujan dan payung. Semoga hujan deras tidak turun.Â
Perjalanan saya mulai nyaman. Area terbuka dengan pohon-pohon pinus dan cemara khas gunung Hallasan menemani. Seolah berjalan di tengah deretan pohon Natal.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H