Di salah satu lorong pusat kuliner Myeongdong, terdapat banyak restoran dengan label halal. APCEIU memilih Kampungku Restaurant. Dilihat dari bendera yang melambai, Kampungku dikelola oleh warga Malaysia.
Benar saja, pengunjung Kampungku memang didominasi oleh wanita berhijab dari Malaysia dan negara-negara Muslim lainnya. Menu makanan pun memang rasa Indonesia. Yang paling khas adalah sambal teri.
Nah, di Kampungku Restaurant inilah teman-teman Muslim dari Indonesia, Malaysia dan Thailand akhirnya bertemu daging ayam. Ini sangat membantu mereka terkait makanan halal.Â
Namanya restoran Malaysia, maka tentu saja karyawan-karyawannya banyak yang berasal dari negeri Jiran. Hal ini dengan mudah dapat dikenali karena perawakan dan wajah mereka menyerupai orang Indonesia. Saya pun mencari informasi singkat tentang mereka.
Sesaat sebelum meninggalkan Kampungku Restaurant, saya sempat berbincang singkat dengan Mardi dan Wani. Keduanya adalah pelayan di restoran. Mereka pun asli warga Malaysia.
Menjelang pukul 14, kami beranjak dari Kampungku restaurant menuju halte bus. Kami kembali menyusuri lorong jalanan di Myeongdong sejauh beberapa ratus meter.
Jalan kaki kembali menjadi pilihan primadona. Panas terik sinar mentari serasa membakar kulit kepala. Namun, serunya perjalanan kali ini seolah mengabaikan paparan mentari.Â
Entah sudah berapa kilometer kami melangkah untuk hari keempat kegiatan kami bersama tim dari APCEIU UNESCO. Rasa capek dan letih tentunya ada yang menghinggapi kami. Tetapi, ini adalah pengalaman ya g sangat memberikan pelajaran berharga bagi kami. Secara khusus, kami belajar secara bertahap tentang budaya warga Korea Selatan.