Kamis, 29 Agustus 2024, kami melanjutkan agenda kegiatan APCEIU UNESCO dalam rangka program Pertukaran Guru Indonesia-Korea tahun 2024. Hari ini, semua peserta dari Indonesia, Malaysia dan Thailand diajak mengunjungi salah satu objek wisata dan ikon Korea Selatan, yakni Deoksugung Palace.
APCEIU telah menyiapkan dua buah bus untuk mengangkut kami ke Deoksugung Palace. Beberapa kilometer setelah meninggalkan Hotel Ramada Sindorim, ternyata ada satu rekan guru dari Indonesia yang tertinggal di hotel. Bus putar balik sepertinya tidak mungkin lagi.Â
Ms Danielle dari APCEIU pun mengambil opsi terbaik dengan cara memesankan taksi untuk rekan kami.Â
Perjalanan dari Hotel Ramada Sindorim sangat menarik. Ya, pokoknya setiap detail kota Seoul adalah spot yang menarik.
Budaya jalan kaki adalah pemandangan terbaik sepanjang perjalanan. Sebuah budaya hidup yang membuat kami iri.Â
Setibanya kami di Deoksugung Palace, kami menghabiskan waktu sekitar dua jam kemudian untuk menjelajahi kawasan wisata tersebut sambil belajar sedikit demi sedikit tentang sejarahnya.Â
Konentar umum saya untuk suasana Deoksugung Palace adalah luar biasa. Bersih, rapi, tertata, sejuk dan membuat nyaman setiap pengunjung.
Setelah menyelesaikan proses pengenalan budaya Korea Selatan di kompleks Deoksugung Palace, kami melanjutkan petualangan ke Myeongdong. Ini adalah pusat perbelanjaan yang banyak diserbu wisatawan.
Spot kunjungan terakhir kami di Myeongdong adalah restoran yang menyediakan makanan halal. Ini penting untuk membantu rekan-rekan yang Muslim agar dapat menyesuaikan makanan di Korea Selatan.
Di salah satu lorong pusat kuliner Myeongdong, terdapat banyak restoran dengan label halal. APCEIU memilih Kampungku Restaurant. Dilihat dari bendera yang melambai, Kampungku dikelola oleh warga Malaysia.
Benar saja, pengunjung Kampungku memang didominasi oleh wanita berhijab dari Malaysia dan negara-negara Muslim lainnya. Menu makanan pun memang rasa Indonesia. Yang paling khas adalah sambal teri.
Nah, di Kampungku Restaurant inilah teman-teman Muslim dari Indonesia, Malaysia dan Thailand akhirnya bertemu daging ayam. Ini sangat membantu mereka terkait makanan halal.Â
Namanya restoran Malaysia, maka tentu saja karyawan-karyawannya banyak yang berasal dari negeri Jiran. Hal ini dengan mudah dapat dikenali karena perawakan dan wajah mereka menyerupai orang Indonesia. Saya pun mencari informasi singkat tentang mereka.
Sesaat sebelum meninggalkan Kampungku Restaurant, saya sempat berbincang singkat dengan Mardi dan Wani. Keduanya adalah pelayan di restoran. Mereka pun asli warga Malaysia.
Menjelang pukul 14, kami beranjak dari Kampungku restaurant menuju halte bus. Kami kembali menyusuri lorong jalanan di Myeongdong sejauh beberapa ratus meter.
Jalan kaki kembali menjadi pilihan primadona. Panas terik sinar mentari serasa membakar kulit kepala. Namun, serunya perjalanan kali ini seolah mengabaikan paparan mentari.Â
Entah sudah berapa kilometer kami melangkah untuk hari keempat kegiatan kami bersama tim dari APCEIU UNESCO. Rasa capek dan letih tentunya ada yang menghinggapi kami. Tetapi, ini adalah pengalaman ya g sangat memberikan pelajaran berharga bagi kami. Secara khusus, kami belajar secara bertahap tentang budaya warga Korea Selatan.
Terima kasih buat Ms Danielle dkk dari APCEIU yang tiada lelah mendampingi dan mengarahkan kami dalam menuntaskan setiap agenda. Mereka telah bekerja sangat profesional dalam memenuhi segala kebutuhan kami selama berada di Seoul.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H