Menurut informasi yang saya dapatkan di sana, warung tersebut memang buka sepanjang hari. Nasu cemba adalah menu andalan warung makan ini. Ada pula sop iga dan akan bakar. Tersedia pula kopi gratis bagi pengunjung.Â
Selain warga lokal Enrekang, pengunjung warung ini adalah para penumpang dari arah Makassar menuju Toraja. Umumnya sopir ekspedisi dan turis lokal.Â
Sayang sekali kami tak beruntung menikmati nasu cemba dan aneka alahan daging sapi/kerbau lainnya. Nasu cemba baru sementara dimasak. Menurut salah satu koki, proses pemasakan nasu cemba berlangsung hingga 4 jam. Pemasakan yang lama dimaksudkan untuk mendapatkan perpaduan bumbu rempah, daun cemba dan daging yang lembut.
Meskipun belum bisa menyantap kesegaran nasu cemba, tetapi kami masih bisa menikmati kuah segarnya. Saya bahkan menghabiskan dua mangkuk kuah nasu cemba.Â
Kami memesan ikan laut dan nila bakar. Proses pembakaran langsung di depan mata menambah dorongan untuk makan. Aroma khas kuah nasu cemba dan ikan bakar sangat menggoda selera makan kami meskipun waktu menunjukkan pukul 1 subuh.Â
Pertama kali makan di warung makan Bu Ade yang tergolong baru di jalan trans Sulawesi telah meninggalkan kesan luar biasa. Warung ini sangat direkomendasikan bagi yang melakukan perjalanan menuju Toraja di malam hari. Nasi dan aneka hidangannya original, diolah dengan pendekatan yang baik dan tentunya sehat, tidak sekedar mengisi perut.Â
Para koki ramah dan komunikatif dalam melayani pengunjung. Di sekitar warung makan tersedia banyak pilihan belanja kebutuhan. Apalagi ada dalam kompleks salah satu pasar tradisional besar di kabupaten Enrekang.Â
Intinya, kini tersedia alternatif lokasi makan yang kondusif dan nyaman.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H