Geliat desa menjadi spot wisata semakin diminati dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Terlebih pemerintah pusat selalu mengadakan event lomba untuk mencari desa wisata potensial.Â
Kabupaten Tana Toraja tidak ketinggalan mendorong sejumlah desa untuk berbenah dan membangkitkan gairah pariwisata lewat desa wisata. Lembang Lemo Menduruk, Lembang Buntudatu, Lembang Saluallo, dan Lembang Tiroan pernah masuk kategori calon desa wisata  pada tahun 2023.
Namun, sebenarnya sejak dulu banyak desa di Tana Toraja sudah memiliki potensi untuk menjadi desa wisata secara alamiah. Selain kegiatan budaya, potensi keindahan alam, cara hidup warga, pertanian, peternakan dan ragam keunikan berbasis kearifan lokal telah menjadi saya tarik wisatawan sejak dulu.Â
Salah satu desa yang kini sedang berbenah diri untuk menarik minat wisatawan adalah Lembang (desa) Bau di Kecamatan Bonggakaradeng. Sejak pandemi Covid-19 berakhir, Ollon telah menjelma menjadi magnet wisata alam terbaru di Bumi Lakipadada.Â
Beragam kegiatan telah dilakukan pemerintah daerah untuk memperkenalkan Ollon sebagai destinasi wisata alam terbaru di Sulawesi Selatan. Misalnya kemah bakti pelajar Andalan pada bulan Oktober 2023 yang lalu.Â
Pemda Tana Toraja dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan telah berkolaborasi mengembangkan potensi wisata di Lembang Bau. Jalan beton dan pintu gerbang di kawasan wisata Ollon menandai kolaborasi pembangunan.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, Lembang Bau telah mampu menjadi salah satu magnet wisatawan di Tana Toraja. Keindahan perbukitan Ollon menjadi saya tarik utama. Selain itu, ada Tebing Romantis Kendenan ikut menjadi pemicu kedatangan wisatawan.Â
Selain potensi wisata alamnya, Lembang Bau masih menyimpan potensi lain. Peternakan liar sapi dan kuda; pertanian jagung; kegiatan budaya; dan cara hidup warga bisa menjadi magnet wisata.Â
Lembang Bau memiliki keunikan tersendiri yang memang berbeda dengan desa lain di Tana Toraja. Masyarakat desa dominan beragam Kristen, tetapi kekuatan aliran kepercayaan alukta masih melekat kuat.Â
Pola hidup tradisional masih mempengaruhi sebagian besar cara hidup. Meskipun sudah banyak keturunan warga Bau yang merantau, tetapi kearifan lokal tetap terpelihara.Â
Ollon saat ini masih menjadi saya tarik utama ke Lembang Bau. Secara bertahap pemerintah Lembang Bau, lewat kepemimpinan Karman Loda, mulai menggali potensi wisata alam lainnya yang ada di Bau. Jika diamati secara seksama, Lembang Bau sebenarnya telah menjelma menjadi surga wisata alam di Tana Toraja.Â
Kepala Desa (Lembang) muda ini bersama warga dusun Loka' sementara membuka akses jalan ke spot wisata alam terbaru yang diberi nama Buntu Tirowali. Dengan berbekal kekuatan Swadaya, akses jalan dibuat agar pejalan kaki dan motor bisa menjangkau Buntu Tirowali.
Pesona yang ditawarkan Buntu Tirowali menyerupai Ollon. Pemandangan alam berupa hamparan perbukitan sabana dengan lekuk bukit teletubbies.
Beberapa waktu lalu, sekelompok pelaku film berskala nasional berkesempatan melakukan  syuting teaser film yang mengangkat sisi kehidupan Toraja, berjudul Solata. Keindahan Ollon memancing sutradara untuk melakukan pengambilan sejumlah gambar di sana.Â
Pengalaman syuting dan menginap di rumah warga benar-benar memberikan arti tersendiri bagi mereka. Warga yang ramah dengan kepolosannya justru menjadi penambah daya tarik bagi pendatang.Â
Kombinasi wisatawan domestik dan internasional telah memperkenalkan Lembang Bau ke berbagai penjuru dunia. Sosialisasi lewat para pegiat konten kreator telah berperan banyak dalam memperkenalkan perkampungan ini ke dunia luar.
Peternakan liar sapi, kerbau dan kuda bisa potensi wisata. Selain cara hidup ternak di padang dan semak luas, cara menangkap ternak liar tentunya akan menguji adrenalin pengunjung.Â
Metode warga lokal Bau mengumpulkan tebak liatnya, seperti sapi bisa menjadi tawaran atraksi pemandangan bagi wisatawan. Setiap warga memiliki cara khas untuk memanggil dan mengumpulkan sapi-sapinya.
Sapi, kerbau dan kuda berkacamata bisa dijumpai di Lembang Bau. Tapi bukan kacamata pada umumnya. Kacamata yang dimaksud sebenarnya adalah pengaman. Mata ternak liar ditutup ketika tertangkap.Â
Meskipun banyak ternak liar yang patuh pada pemiliknya, akan tetapi sejumlah besar lainnya memang berperilaku liar. Sulit berinteraksi dengan manusia. Agar tidak membahayakan, maka mata sapi dan kerbau ditutup.
Jika metode penangkapan dan pengelolaan ternak liar ini terpoles dengan optimal, sudah pasti akan menjadi daya tarik wisatawan.Â
Melihat potret kehidupan harian warga Lembang Bau yang dominan bertani, sedikit berbeda dengan tempat lain. Tak ada sawah di Lembang Bau.Â
Tanah kering, berpasir, berbatu dan didominasi lereng pegunungan dengan rumput saban disertai cuaca panas mirip di pesisir membuat sawah tak bisa hadir di Lembang Bau. Komoditi penghasilan utama pertanian di sana adalah jagung. Pepaya juga menjadi tanaman asli perkampungan.
Cara warga bergotong-royong dan bercocok tanam masih membawa tradisi nenek moyang mereka. Pengunjung akan menikmati keunikan perkampungan di Lembang Bau di sejumlah titik.
Ada tiang-tiang kayu setinggi badan orang dewasa terpancang sebagai pagar pembatas pekarangan, halaman, dan kebun warga dengan kehidupan ternak liar.Â
Pemandangan ini menambah khasanah kearifan lokal yang terpelihara di Bau. Meminimalisir modernisasi dan memperkuat kearifan lokal.Â
Melakukan perjalanan ke Lembang Bau saat ini masih terbilang sedikit berat. Jarak kurang lebih 40 km dari ibu kota kabupaten harus ditempuh dengan jalan berliku, berkelok tajam, menukik dan tanjakan.Â
Meskipun terbilang menantang, tetapi akses jalan sudah memadai. Jalan beton telah mendominasi rute menuju Lembang Bau mulai dari Buakayu.
Wisata alam adalah tawaran utama selama melakukan perjalanan di seantero Lembang Bau. Tebing Romantis Kendenan menyambut di perbatasan Buakayu-Bau. Selanjutnya sepanjang rute perjalanan sudah sangat dimanjakan dengan pesona alam perbukitan dan sabana luas.Â
Jalan berliku perpaduan rabat beton dan jalan tanah sedikit menguji adrenalin, terutama di musim hujan. Tetapi sekali lagi, ini adalah tambahan pengalaman menjelajah Lembang Bau.
Jika beruntung, wisatawan bisa bertemu sekelompok warga yang akan melakukan perburuan ternak liar untuk ditangkap. Ternak ini diburu untuk dijual atau untuk memenuhi kebutuhan upacara adat.
Seperti daerah lain di Toraja, upacara Rambu Solo' (kedukaan) bisa menjadi daya tarik wisata di Lembang Bau. Tradisi dan pelaksanaan di sana memiliki keunikannya tersendiri.
Prosesi berhari-hari masih mempertahankan tradisi nenek moyang dengan pengaruh kepercayaan alukta berpadu dengan ajaran ke-Kristenan.Â
Tantangan besar pemerintah dan warga Lembang Bau dalam mengembangkan potensi pariwisata di sana adalah pengelolaan. Kontrol terhadap pengunjung wajib diperkuat dengan pendekatan kearifan lokal agar perilaku membuang sampah serampangan, tindakan mural dan kegiatan yang tak berpihak pada kelestarian alam lainnya perlu diperkuat.
Jadi, desa wisata Lembang Bau bisa memberikan paket komplit perjalanan wisata dengan tawaran alam, budaya, tradisi, kehidupan dan bahkan edukasi akan pentingnya menjaga alam di tengah modernisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H