Malam menyambut kami ketika memasuki kampung Ratte. Kelap-kelip lampu turbin menandakan adanya rumah. Jalan tanah yang kami lewati memiliki banyak parit. Tak ada senter. Hanya memanfaatkan senter HP.Â
Suatu kali, kami bertiga berjalan lebih cepat. Perjalanan kurang  asik karena banyak diam. HP sudah lobet. Tiga cewek berjalan lebih di depan bersama bapak pemandu kami. Saya berjalan pelan dan memberikan instruksi. Jika saya melompat, rekan lain yang ada di belakang wajib melompat untuk menghindari parit. Meskipun sebenarnya tidak ada parit. Tetapi kami semua tertawa di tengah kegelapan.Â
Semua berjalan dengan baik, hingga mendekati lokasi yang kami tuju. Jalan mulai rata dan berpasir. Sesekali saya masih mengajak melompat untuk meemcahnsiasana hening. Lapar dan letih bercampur keringat dingin melengket ke badan.Â
Ternyata kali ini benar ada parit kecil dan berair. Saya tidak memberikan komando lagi untuk melompat. Saya dan dua teman berjalan normal melewati parit, tanpa melompat. Dan.... Empat dua dari lima rekan yang berjalan di belakang terperosok masuk parit. Tawa kami langsung pecah dan anjing warga pun menyambut.......Â
***Cerita KKN dari Masanda Tahun 2006.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H