Selama ini saya hanya menjadi penikmat tarian pa'tirra' saja. Ternyata sulit buat laki-laki dewasa yang tambang seperti saya untuk melakukan gerakan menari. Alhasil, video menari yang saya buat pun sangat jauh dari standar yang diharuskan.
Saya sedikit terbantu dengan tersedianya pilihan lain pada jenis seni. Kuliner dan permainan tradisional yang saya pilih. Untuk kuliner, saya membuat video cara memasak salah satu makanasmn tradisional Toraja, yaitu pa'piong bale karappe. Lalu, permainan ma'timba saya pilih untuk jenis lermmainan tradisional.
Butuh waktu dua hari bagi saya untuk bisa menyelesaikan proses pembuatan dan pengeditan ketiga video.Â
Tantangan berikutnya hadir menjelang keberangkatan ke Jakarta. Akses jalan trans Sulawesi poros Toraja - Enrekang terputus karena jalan amblas dan longsor longsor di Kulinjang. Lalu bertebaran pula pohon tumbang dan banjir bandang di kota Enrekang.Â
Imbas dari bencana ini adalah terbatasnya bus yang bersedia berangkat ke Makssar. Ada yang bersedia berangkat tetapi tidak berani mengambil resiko ketika terjadi antrian panjang di lokasi jalan amblas. Sementara tiket pesawat saya pukul 7 pagi.
Biaya tiket bus dari Toraja-Makassar dikembalikan pihak PO bus. Alhasil, saya mengambil inisiatif untuk menyetir sendiri mobil ke Makassar.
Berangkat ke dari Toraja ke Makassar bukanlah pilihan terbaik di musim hujan. Apalagi, harus berangkat pada sore hari yang menjadi langganan hujan deras. Sedikit beruntung, karena tak ada hujan lebat memasuki Kecamatan Enrekang.Â
Akan tetapi, jalan amblas di Kulinjang benar-benar menguji kesabaran saya. Tiket pesawat diusahakan tidak hangus. Tetapi saya terjebak antrian panjang kendaraan selama 2 jam.
Rasa kantuk berat menyerang saya ketika melintas di Kabupaten Barru hingga Pangkep pada pukul 12 malam lewat. Memaksakan diri menyetir dalam kondisi mengantuk bisa membahayakan keselamatan saya.Â