Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Suka Duka Mengikuti Seleksi Indonesian-Korean Teacher Exchange (IKTE) 2024

29 April 2024   13:56 Diperbarui: 30 April 2024   08:04 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama rekan-rekan peserta seleksi IKTE dari Sulawesi Selatan di lobby Hotel Horison. Sumber: dok. pribadi

Indonesian-Korean Teacher Exchange (IKTE) 2024 sudah memasuki seleksi tahap terakhir. Sebanyak 40 guru terbaik lolos pada seleksi administrasi tahap pertama. Mereka berasal dari jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Seleksi tahap 2 akan berlangsung secara tetap muka, bertempat di Hotel Horison, Ciledug, Jakarta Selatan. Seleksi berlangsung selama 4 hari, yakni tanggal 29 April 2024 - 2 Mei 2024.

Beberapa ujian akan dilakoni oleh semua peserta, antara lain tes bahasa Inggris, psikotes, wawancara dan unjuk seni. Dari 40 orang, akan 12 guru yang akan mengikuti pertukaran guru nantinya. Ke-12 guru ini akan berangkat ke Korea Selatan dan mengajar pada sekolah-sekolah mitra yang telah ditentukan Kemdikbudristek. 

Selama kurang lebih 3 bulan mereka akan menghabiskan mengajar di sana, yakni pada bulan September hingga November 2024. Selain itu, mereka akan mempelajari budaya dan teknologi yang terintegrasi dalam pendidikan Korea Selatan. 

Diantara ke-40 guru yang lolos seleksi tahap pertama, saya salah satu di antaranya. Untuk mengikuti seleksi terkahir di Jakarta, saya wajib mempersiapkan dokumen yang dipersyaratkan.

Dokumen pertama adalah tulisan artikel tentang masalah pendidikan/pembelajaran di sekolah asal peserta dan dikaitkan dengan identifikasi keunggulan sekolah atau sistem pendidikan di Korea Selatan yang dapat menjadi solusi atas masalah di sekolah asal peserta. Data yang digunakan untuk artikel harus relevan. Misalnya berasal dari rapor mutu pendidikan sekolah terbaru. 

Disajikan juga rencana inovasi/praktik baik yang akan diadopsi dari sekolah/sistim pendidikan di Korsel. Datanya diharuskan berdasarkan hasil penelitian yang relevan. Selanjutnya, dalam artikel wajib ada strategi untuk menerapkan inovasi/praktik baik di sekolah asal peserta dan rencana diseminasi kepada guru-guru lain di wilayah asal.

Dokumen berikutnya adalah tiga buah video penguasaan seni tari, seni kriya, dan seni musik tradisional. Bagi saya, ketiga video ini tergolong rumit. Inilah tantangan yang sebenarnya.

Dari ketiga kategori video ini, saya sudah menyerah duluan. Saya belum pernah menari tarian tradisional Toraja dengan serius. Selama ini hanya sekedar mencoba dan iseng-iseng. Termasuk membuat seni kriya dan memainkan musik tradisional khas Toraja.

Berbekal motivasi dari rekan kerja dan keluarga, saya kemudian belajar tarian pa'tirra'. Sebenarnya, tarian ini dilakukan oleh anak laki-laki, bukan untuk pria dewasa. Tetapi itulah tarian yang saya pelajari. Anak saya yang sudah biasa dengan tarian pa'tirra' menjadi pelarih saya. Dia pun serius membimbing saya dan bahkan sesekali terlihat jengkel karena gerakan saya yang salah.

Selama ini saya hanya menjadi penikmat tarian pa'tirra' saja. Ternyata sulit buat laki-laki dewasa yang tambang seperti saya untuk melakukan gerakan menari. Alhasil, video menari yang saya buat pun sangat jauh dari standar yang diharuskan.

Saya sedikit terbantu dengan tersedianya pilihan lain pada jenis seni. Kuliner dan permainan tradisional yang saya pilih. Untuk kuliner, saya membuat video cara memasak salah satu makanasmn tradisional Toraja, yaitu pa'piong bale karappe. Lalu, permainan ma'timba saya pilih untuk jenis lermmainan tradisional.

Butuh waktu dua hari bagi saya untuk bisa menyelesaikan proses pembuatan dan pengeditan ketiga video. 

Terhambat jalan amblas di Kulinjang, Enrekang. Sumber: dok.pribadi
Terhambat jalan amblas di Kulinjang, Enrekang. Sumber: dok.pribadi

Tantangan berikutnya hadir menjelang keberangkatan ke Jakarta. Akses jalan trans Sulawesi poros Toraja - Enrekang terputus karena jalan amblas dan longsor longsor di Kulinjang. Lalu bertebaran pula pohon tumbang dan banjir bandang di kota Enrekang. 

Imbas dari bencana ini adalah terbatasnya bus yang bersedia berangkat ke Makssar. Ada yang bersedia berangkat tetapi tidak berani mengambil resiko ketika terjadi antrian panjang di lokasi jalan amblas. Sementara tiket pesawat saya pukul 7 pagi.

Biaya tiket bus dari Toraja-Makassar dikembalikan pihak PO bus. Alhasil, saya mengambil inisiatif untuk menyetir sendiri mobil ke Makassar.

Berangkat ke dari Toraja ke Makassar bukanlah pilihan terbaik di musim hujan. Apalagi, harus berangkat pada sore hari yang menjadi langganan hujan deras. Sedikit beruntung, karena tak ada hujan lebat memasuki Kecamatan Enrekang. 

Akan tetapi, jalan amblas di Kulinjang benar-benar menguji kesabaran saya. Tiket pesawat diusahakan tidak hangus. Tetapi saya terjebak antrian panjang kendaraan selama 2 jam.

Bersama rekan-rekan peserta seleksi IKTE saat registrasi. Sumber: dok. pribadi
Bersama rekan-rekan peserta seleksi IKTE saat registrasi. Sumber: dok. pribadi

Rasa kantuk berat menyerang saya ketika melintas di Kabupaten Barru hingga Pangkep pada pukul 12 malam lewat. Memaksakan diri menyetir dalam kondisi mengantuk bisa membahayakan keselamatan saya. 

Pukul 1 subuh, saya memutuskan berhenti di sebuah SPBU di dekat kota Pangkep untuk tidur. Hawa panas Pangkep membuat keringat membasahi tubuh saat tidur. Sekitar 30 menit tidur saya terjaga oleh suara truk tonton yang diparkir di depan saya.

Perjalanan saya lanjutkan ke Makassar ditemani hujan. Kondisi jalan agak lengang, sehingga saya bisa menggeber gas lebih tinggi. Tiba di Makassar menjelang setengah tiga pagi. Saya istirahat di kompleks gereja Toraja Jemaat Tamalanrea, Makassar. Saya diberi satu kamar guest house oleh pengelolanya yang ramah, bapak Benyamin Para'pean.

Mobil pun saya titip parkir di lokasi tersebut. Grab menjadi pilihan saya menuju bandara Sultan Hasanuddin pada pukul 5 pagi. Di lobby pintu keberangkatan, kami peserta IKTE dari Sulawesi Selatan bertemu. Kami menggunakan maskapai yang sama, Garuda Indonesia. Minus seorang rekan yang telah lebih dulu berangkat menggunakan Lion Air.

Pertemuan pertama saya dengan tiga rekan baru di bandara. Satu peserta adalah sobat karib saya selama ini, seorang lulusan pascasarjana dari Amerika Serikat, Muhammad Jufrianto. Kami berdua sekadar lagi di Hotel Horison. Ini adalah kegiatan menantang sekaligus membahagiakan bagi saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun