Ketika saya masuk kerja lagi untuk mengajar di sekolah pagi ini, saya juga mendapati satu TPS yang ada di sekolah masih sementara merampungkan proses rekapitulasi suara DPRD kabupaten. Di sana hanya tersisa KPPS dan Pengawad TPS. Saksi parpol dan petugas lain sudah tidak ada. Artinya, memang proses rekapitulasi di TPS memang tembus pagi.
Wajah dengan mata sayu tetapi masih senyum menyambut saya. Lelah, letih dan ngantuk sudah pasti menyelimuti para penyelenggara. Mereka butuh kopi hanya dan gorengan pagi ini di TPS, tetapi wajib pula memburu waktu menyelesaikan tanggung jawab.
Saya sempat bertanya kepada salah satu anggota KPPS. Ia menuturkan bahwa sempat terjadi penundaan penghitungan suara hingga 6 jam.
Penyebabnya adalah sejumlah kertas suara dibawa ke sebuah lembaga pemasyarakatan yang membuat terjadi sedikit kendala dalam hal pencocokan jumlah kertas suara.
Di TPS ini, penghitungan suara baru dimulai setelah magrib. Oleh karena kejadian, kegiatan rekapitulasi suara pun masih berlangsung hingga pukul 9 pagi ini.Â
Kejadian lain yang membuat rekapitulasi berlangsung hingga pagi hari adalah seringnya terjadi selisih jumlah antara kertas suara dengan suara sah dan tidak sah yang terhitung. Sehingga membuat KPPS harus menghitung ulang.Â
Pekerjaan berat sudah diberikan oleh para KPPS dan Pengawas TPS. Penghargaan setinggi-tingginya buat PPS dan KPPS yang telah bekerja dengan sangat baik meskipun mungkin tunjangan yang mereka Terima sebesar 1.100.000 hingga 1.200.000 tidak sebanding dengan pengorbanan mereka.Â
Kondisi yang sama terjadi bagi Pengawas TPS. Mereka pun bersama-sama dengan KPPS untuk mendukung suksesnya Pemilu. Beruntung, PTPS masih ada tambahan penghasilan dari perjalanan dinas kegiatan mereka sehingga gaji 1.000.000 bisa terkumpul hingg dua juta lebih.Â
Pemerintah perlu memperbaiki sistem Pemilu ke depan. Pemilu serentak perlu ditinjau ulang. Kertas suara DPRD dan DPR RI juga perlu ada foto agar tidak terlalu lama bagi pemilih di bilik suara.