Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Sensasi Memetik Cengkeh yang Menguji Adrenalin

8 Januari 2024   23:39 Diperbarui: 12 Januari 2024   11:45 1353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memetik cengkeh menggunakan tangga bambu. Sumber: dok. pribadi

Buah cengkeh yang mulai kemerahan di puncak pohon terlihat jelas dari bawah. Saya langsung melaju menaiki anak tangga hingga tiba pada anak tangga yang searah dengan puncak pohon cengkeh. 

Karena sudah sangat lama tidak naik tangga memetik cengkeh, ada sedikit rasa was-was menghinggapi saya. Terlebih bobot tubuh sudah menyentuh 76 kg. Berbeda jauh dengan bobot tubuh usia 27 tahun kala masih 55 kg. 

Pohon cengkeh yang saya panjat kali ini adalah satu dari tiga pohon cengkeh tertua yang tersisa dari serangan hama penggerek batang. Ini adalah salah satu pohon cengkeh bersejarah yang ada di kampung saya. 

Salah satu pohon tertua yang masih tersisa. Pohon cengkeh ini adalah pohon yang ditanam almarhum bapak sekitar awal tahun 1980-an. 

Artinya, pohon  yang saya panjat ini lebih tua dari saya saat ini. Usianya sudah lebih empat puluh tahun. Tingginya saat ini sekitar 15 meter, tetapi didominasi oleh tangkai muda. Memang sudah beberapa kali saya pangkas untuk diremajakan. Terutama ketika dirawat dari serangan hama penggerek batang. 

Pohon cengkeh inilah yang banyak berjasa menopang biaya pendidikan saya, terutama waktu kuliah dulu. Saat ini tiga pohon tua tersisa kembali tumbuh subur setelah puluhan tahun bertahan dari serangan hama penggerek barang. 

Sensasi memetik cengkeh di puncak pohon pun membuat saya lupa sejenak akan bobot tubuh. Kebanggaan kami pemetik cengkeh adalah aksi di puncak pohon memetik cengkeh. 

Kaki kiri bertumpu pada anak tangga sementara kaki kanan melingkar di batang tangga dengan bantuan paha menjepit satu anak tangga yang menopang tubuh saya untuk mulai nyaman memetik cengkeh. 

Tiupan angin yang sesekali kencang tidak membuat saya gentar. Memang cukup mengganggu tetapi saya berusaha fokus dan menikmatinya. 

Warna hijau kekuningan dan merah dari buah-buah cengkeh seolah meronta-ronta untuk minta dipegang. Sejumlah lebah penghisap madu juga berlomba dengan saya. Suara mereka bisa mengimbangi tiupan angin sore. 

Hanya satu anak tangga tempat saya bertumpu, ketika telah menghabiskan waktu hampir satu jam memetik. Kecepatan memetik sudah pudar. Belum ada niat untuk mau turun, meskipun wadah penampungan sudah hampir penuh dan mulai berat ketika saya coba angkat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun