Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Kain Tenun Khas Simbuang, Mahal tetapi Primadona

27 Desember 2023   14:44 Diperbarui: 28 Desember 2023   18:18 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kain tenun khas Simbuang yang sudah jadi sarung. Sumber: dok. pribadi

Produk lokal sebuah daerah merupakan gambaran potensi yang dimiliki masyarakat setempat. Potensi ini akan lestari ketika tetap didukung keberlangsungannya. Cara mendukung kelestariannya dapat dilakukan dengan cara membeli dan menggunakan produk lokal daerah. 

Selain itu, produk lokal yang asli memiliki harga yang agak mahal dari produk serupa yang berasal dari hasil pabrik, digitalisasi dan komputerisasi. Harga mahal terjadi karena proses pembuatan yang sebagian besar masih manual dilakukan dengan tangan. Keunikan, letak geografis, dan nilai historis turut pula menyumbang nilai produk menjadi agak tinggi. 

Karakteristik produk lokal adalah terbuat dari bahan-bahan alami yang ada di sekitar daerah setempat. Bahan alaminya dapat berupa bahan baku utama, dasar pewarnaan, dsbnya. Selanjutnya, produk yang dihasilkan beraneka ragam. Ada yang berupa merchandise, kuliner, ukiran, kerajinan, kain, pakaian, dll. 

Produk lokal berupa kain sudah menjadi ikon sejumlah daerah di Indonesia. Mulai dari wilayah paling timur, Papua terkenal dengan batik Papua dengan corak burung cendrawasih dan alat musik trafidisionalnya. Ada kain tenun NTT, batik Pekalongan, kain ulos dari Batak dan dari kabupaten Tana Toraja ada kain tenun unik, yakni tenun Simbuang. 

Di Toraja sendiri terdapat dua jenis kain tenun. Pertama, ada kain tenun Simbuang yang menjadi satu-satunya kain tenun asli di Kabupaten Tana Toraja. Kedua, di Toraja Utara, ada kain tenun Sa'dan yang telah lama wara-wiri di pasar kain tenun nasional. 

Kain tenun Simbuang dibuat di daerah 3T kabupaten Tana Toraja, tepatnya di Kecamatan Simbuang dan Mappak. Kain palingnikonik ada di daerah administrasi kecamatan Simbuang. 

Dari sisi harga, kain tenun Simbuang tergolong mahal. Ada yang mencapai harga 800 ribuan untuk ukuran satu sarung. Harga umum adalah 400-600 ribuan. Harga ini berbeda tergantung dari warna, padanan corak dan warna, dan ketebalan. 

Latar belakang mahalnya kain tenun Simbuang adalah prosesnya yang begitu rumit dan lama. Yang boleh menenun kain adalah perempuan. Laki-laki pantang untuk menenun. Usia tidak masalah, selama berjenis kelamin perempuan. Peran laki-laki ada pada proses awal menenun. 

Sebelum memulai proses tenun, terlebih dulu dilakukan ritual ma'patama. Ma'patama artinya memasukkan atau memasang ratusan untaian benang pada alat tenun. Proses ini tidak sembarang dilakukan. Harus dilakukan  oleh orang-orang pilihan, umumnya dari kaum laki-laki. 

Pada pembuatan kain tenun sakral dengan fungsi yang tinggi dari sisi nilai sosial, harus dilakukan pemotongan ayam kampung pada ritual ma'patama. Ayamnya pun tidak sembarangan. Ada jenis ayam tertentu dengan corak bulu khusus yang bisa dijadikan semacam persembahan kepada leluhur. 

Memasuki zaman modernisasi dan pengaruh ajaran keagamaan, ritual potong ayam hanya dilakukan orang-otang tertentu saja. Sebagian besar penenun tradisional sudah tidak melakukannya lagi. 

Benang-benang yang telah terpasang pada alat tenun, selanjutnya ditenun dalam waktu yang lama. Untuk menghasilkan sekitar empat meter kain dengan lebar 30 cm, dibutuhkan waktu tiga hingga empat minggu. 

Oya, hampir semua rumah di Simbuang memiliki alat tenun kain di emper rumah. Jadi, tidak mengherankan jika menyusuri kampung Simbuang banyak ditemui kayu yang seolah digantung dengan untaian benang kombinasi merah, biru dan kuning banyak dilihat di rumah warga. 

Meskipun mahal, kain tenun Simbuang adalah kain primadona bagi warga Tana Toraja. Pakaian kebesaran pejabat pemerintah, tokoh masyarakat dan tokoh adat terbuat dsrinkain tenun ini. 

Ketika ada pejabat atau tamu undangan yang datang ke kabupaten Tana Toraja, kain Simbuang menjadi buah tangan bersama kopi Toraja. 

Bagi warga Simbuang, jika seorang laki-laki melamar gadis Simbuang, maka orang tua pihak perempuan akan memakaikan baju khas dari tenun Simbuang kepada laki-laki yang melamar. Ini adalah tanda bahwa meraka telah bersaudara. 

Kadang saya bercanda, jika ingin mendapatkan kain tenun Simbuang yang ikonik, maka menikahlah dengan wanita Simbuang. Katanya, meskipun pasangan suami-istri di Simbuang telah bercerai, pakaian yang telah diberikan pihak perempuan tidak akan dikembalikan, karena tadi sudah menjadi simbol persaudaraan. 

Saya sendiri sudah memiliki kain tenun Simbuang. Lima tahun yang lalu saya membelinya lewat perantara seorang bidan yang bertugas di Simbuang. Saat itu harganya 450 ribuan. Dengan corak yang sama, sat ini harganya 800 ribuan. 

Kain tenun Simbuang yang asli memiliki bobot yang agak berat. Selain itu, permukaannya agak kasar. Ada juga tipe kain berbulu lembut. Menurut ibu yang menenunnya, yang berbulu lembut itu agak mahal. Saya ingin membelinya, tetapi yang menenun menyampaikan akan digunakan secara pribadi. 

Memiliki kain tenun Simbuang adalah kebanggaan bagi laki-laki Tana Toraja. Tenun Simbuang paling banyak dibuat sarung. Hal ini dilatarbelakangi oleh cuaca di Simbuang yang sangat dingin, bahkan di siang hari. Sehingga penenun tradisional Simbuang menenun untuk digunakan sendiri. Selebihnya warga disana menjadikannya sebagai cinderamata bagi tamu mereka. 

Tantangan bagi penenun kain Simbuang adalah sulitnya pemasaran. Sejauh ini, hasil tenun warga hanya dipasarkan dari mulut ke mulut, atau lewat pertemanan. Selebihnya, ditampung oleh pedagang di pasar Lekke'. Besar harapan warga Simbuang, agar ada solusi bagi mereka untuk memasarkan produk lokalnya di mana hasil karya ikonik tersebut, hasilnya langsung mereka rasakan. 

Harga yang mahal ditengarai menjadi kurang lakunya kain tenun Simbuang di pasar Toraja. Berbeda dengan kain tenun Sa'dan yang telah memiliki versi digital printing yang murah dari sisi harga. 

Saat ini saya masih memesan satu sarung dari tenun Simbuang pada salah satu penenun di sana. Warna merah dengan bintik kuning keemasan. Menurut perkiraannya, sekitar bulan Februari tahun depan, sarungnya sudah siap pakai. Saya juga mengikuti kisaran harga yang ditetapkan nantinya. 

Meskipun mahal, kain tenun Simbuang tetaplah primadona bagi warga Tana Toraja. Termasuk untuk saya. Karena kain tenun ini kebanggaan Toraja, maka wajiblah bagi saya untuk melestarikan kain Simbuang dengan membeli produk ini agar lestari dan menjadi produk berkelanjutan di Tana Toraja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun