Memasuki zaman modernisasi dan pengaruh ajaran keagamaan, ritual potong ayam hanya dilakukan orang-otang tertentu saja. Sebagian besar penenun tradisional sudah tidak melakukannya lagi.Â
Benang-benang yang telah terpasang pada alat tenun, selanjutnya ditenun dalam waktu yang lama. Untuk menghasilkan sekitar empat meter kain dengan lebar 30 cm, dibutuhkan waktu tiga hingga empat minggu.Â
Oya, hampir semua rumah di Simbuang memiliki alat tenun kain di emper rumah. Jadi, tidak mengherankan jika menyusuri kampung Simbuang banyak ditemui kayu yang seolah digantung dengan untaian benang kombinasi merah, biru dan kuning banyak dilihat di rumah warga.Â
Meskipun mahal, kain tenun Simbuang adalah kain primadona bagi warga Tana Toraja. Pakaian kebesaran pejabat pemerintah, tokoh masyarakat dan tokoh adat terbuat dsrinkain tenun ini.Â
Ketika ada pejabat atau tamu undangan yang datang ke kabupaten Tana Toraja, kain Simbuang menjadi buah tangan bersama kopi Toraja.Â
Bagi warga Simbuang, jika seorang laki-laki melamar gadis Simbuang, maka orang tua pihak perempuan akan memakaikan baju khas dari tenun Simbuang kepada laki-laki yang melamar. Ini adalah tanda bahwa meraka telah bersaudara.Â
Kadang saya bercanda, jika ingin mendapatkan kain tenun Simbuang yang ikonik, maka menikahlah dengan wanita Simbuang. Katanya, meskipun pasangan suami-istri di Simbuang telah bercerai, pakaian yang telah diberikan pihak perempuan tidak akan dikembalikan, karena tadi sudah menjadi simbol persaudaraan.Â
Saya sendiri sudah memiliki kain tenun Simbuang. Lima tahun yang lalu saya membelinya lewat perantara seorang bidan yang bertugas di Simbuang. Saat itu harganya 450 ribuan. Dengan corak yang sama, sat ini harganya 800 ribuan.Â
Kain tenun Simbuang yang asli memiliki bobot yang agak berat. Selain itu, permukaannya agak kasar. Ada juga tipe kain berbulu lembut. Menurut ibu yang menenunnya, yang berbulu lembut itu agak mahal. Saya ingin membelinya, tetapi yang menenun menyampaikan akan digunakan secara pribadi.Â
Memiliki kain tenun Simbuang adalah kebanggaan bagi laki-laki Tana Toraja. Tenun Simbuang paling banyak dibuat sarung. Hal ini dilatarbelakangi oleh cuaca di Simbuang yang sangat dingin, bahkan di siang hari. Sehingga penenun tradisional Simbuang menenun untuk digunakan sendiri. Selebihnya warga disana menjadikannya sebagai cinderamata bagi tamu mereka.Â
Tantangan bagi penenun kain Simbuang adalah sulitnya pemasaran. Sejauh ini, hasil tenun warga hanya dipasarkan dari mulut ke mulut, atau lewat pertemanan. Selebihnya, ditampung oleh pedagang di pasar Lekke'. Besar harapan warga Simbuang, agar ada solusi bagi mereka untuk memasarkan produk lokalnya di mana hasil karya ikonik tersebut, hasilnya langsung mereka rasakan.Â