Lembang Makkodo dilalui dengan lancar pula, tak ada halangan berarti selain dingin yang mulai menembus jaket. Akses jalan di pertengahan Makkodo lebih nyaman dilalui karena telah didominasi oleh rabat beton. Meskipun demikian, terdapat empat titik tikungan tajam yang sisa rabat betonnya hanya bisa dilalui ban motor. Hanya mobil truk atau mobil 4x4 dengan suspensi tinggi yang bisa melewatinya. Pengendara motor pun perlu berhati-hati di tikungan-tikungan tajam, rusak dan menanjak tersebut.
Memasuki Kelurahan Sima, suasana gelap gulita menyambut. Sepertinya memang jaringan listrik turbin sedang rusak. Hanya satu dua rumah yang agak terang karena menggunakan  tenaga surya dan menyalakan genset. Lekke', ibu kota Kecamatan Simbuang, pusat perekonomian dan perkantoran juga gelap gulita.Â
Beruntunglah, Lembang Puangbembe Mesakada tujuan saya terelihat terang benderang dari Lekke'. Jarak kurang lebih 9 kilometer dari Lekke' ke Puangbembe bisa ditempuh sejam jika kondisi hujan. Dengan penuh kehati-hatian, ruas jalan Lekke' ke Puangbembe saya lewati di tengah kesunyian kampung. Beberapa kali jalan berubah becek dan berlumpur. Ini berarti mulai hujan di Kecamatan Simbuang.Â
Memasuki Lembang Puangbembe, jalan mulai menantang kembali sejak dari sungai kecil yang berlumpur. Tanjakan dari sungai sudah membuat motor sesekali meraung-raung. Ban giig yang terpasang pada kedua ban sangat menolong. Jalan berbatu adalah pemandangan umum di jalur menanjak menuju Puangbembe. Kondisi jalan makin rusak dibanding sebulan yang lalu.Â
Puji Tuhan, akhirnya saya tiba kembali di UPT SMPN Satap 2 Simbuang untuk ketiga kalinya dengan selamat di kegelapan malam. Calon Guru Penggerak yang akan saya dampingi eseok hari segera berlari membuka pagar sulu' di jalan menuju penginapan yang berupa ruang kelas yang disekat.
Air hagat segera tersaji bersama secangkir kopi pahit. Dingin kali ini tidak sedingin sebulan yang lalu. Kami bercerita pengalaman di jalan di pondok mini pada halaman eks ruang kelas tersebut hingga larut malam. Makan ala kadarnya dan kami tertidur dengan nyenyak tanpa terganggu pikiran-pikiran tentang keanehan yang sering terjadi di bangunan tersebut.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H