Seperti hari ini, saya mengikuti kegiatan upacara Rambu Solo', prosesi kematian/kedukaan khas orang Toraja. Almarhum yang diupacarakan adalah Kepala Lembang/Kepala Desa Palesan, atas nama Sukarsen Bara'padang.Â
Di hari penerimaan tamu, rombongan ibu-ibu PKK Lembang Palesan bertugas sebagai pramusaji untuk menyajikan makanan buat tamu yang hadir di rumah duka. Ketika giliran di tempat saya untuk dijamu, ibu-ibu yang datang menawarkan minuman kepada kami.Â
Ungkapan sekaligus pertanyaan dari salah satu ibu adalah kopi ra ka? Ibu-ibu yang lainnya juga menanyakan hal yang sama kepada setiap tamu.
Selama proses menghidangkan minuman berupa kopi dan teh ditambah beragam kue tradisional Toraja, terjadi komunikasi yang saling berbalasan dengan pertanyaan ibu-ibu tadi.Â
Respons setiap tamu beragam. Ada yang serius menanggapi dengan kata, "kopi atau teh." Ada pula yang menyapa, bertukar cerita singkat hingga mengulas pertemuan di masa lalu.
"Kopi ra ka?" yang awalnya bertanya tentang pilihan minuman, berubah menjadi bahan diskusi ke beragam topik. Dan pada akhirnya adalah hadirnya suasana yang penuh keakraban, kekeluargaan dan perkenalan di antara tamu-tamu yang datang melayat dengan orang-orang yang berada di sana.Â
Kopi menjalin hubungan komunikasi yang efektif sambil menikmati sajian kopi itu sendiri.
Ungkapan inilah yang pada akhirnya memunculkan satu brand kopi lokal Toraja bernama Kopi RaKa. Pusat pembuatan Kopi RaKa berada di jalan Trans Sulawesi, poros Makale-Rantepao, RT Kia'tang, Kelurahan Tambunan, Kecamatan Makale Utara. Selain itu, cabang-cabangnya pun sudah mulai bermunculan di berbagai tempat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H