Kendatipun dalam potret realitas fungsi mbaru gendang belum optimal, tetapi para tua-tua adat di Kampung Gulung mengakui bahwa melalui perannya dalam fungsi mbaru gendang sebagai pusat digalakkan berbagai ritus-ritus adat dapat memberikan kontribusi bagi pendidikan tentang budaya Manggarai kepada anak.
Dalam berbagai peran yang dilakoni oleh masing-masing tua-tua adat dalam mbaru gendang, seluruh warga kampung mulai dari anak-anak hingga orangtua, memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses pendidikan tentang budaya Manggarai.Â
Bentuk pendidikan budaya tersebut, terungkap dalam berbagai kesempatan penting diantaranya: Pertama, lonto l ok atau lonto liup yang mencerminkan nilai gotong-royong, dan menumbuhkan kedekatan emosioanal di antara warga kampung.Â
Kedua, ritus-ritus yang dilaksanakan mengungkapkan relasi dengan para leluhur agar selalu diberi kesehatan, kesuksesan dan kedamaian. Ketiga, berbagai peralatan budaya yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai kesempatan tertentu akan membangkitkan semangat dalam mengenal dan mempelajari berbagai jenis pukulan gong, gendang serta peralatan caci. Keempat, sanda dan mbata yang diselenggarakan tersirat mengajarkan aneka nilai positif bagi segenap warga kampung.
Peran tua-tua adat dan mbaru gendang memiliki hubungan yang erat, baik melalui makna dalam peran  maupun dalam fungsi mbaru gendang. Kedua hubungan tersebut berimplikasi langsung terhadap akses pendidikan anak tentang budaya Manggarai.
Oleh: Ovantus Yakop
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H