Menurut Sutam, (2014:1-3) adapun peran tu’a-tu’a adat sebagai guru atau pewaris budaya dengan fungsi mbaru gendang sebagai sarana belajar dalam proses pewarisan pendidikan tentang budaya Manggarai dapat ditampilkan melalui 1) Teing (memberi), 2) Tatong (menumbuhkan rasa afeksi), 3) Toing (mengajarkan), 4) Titong (membimbing), 5) Tatang (memotivasi).
Lebih jauh Sutam, (2014:4-9) mengungkapkan bahwa prinsip pendidikan yang harus dimiliki oleh anak atau generasi muda dalam Manggarai diantaranya; pertama, tating/toting (rindu akan kebersamaan), kedua, tanang (menampug), ketiga, tingeng (merekam), keempat, tamang (disimpan dengan baik dan teratur), kelima, toming (meniru).Â
Dalam menunjang pendidikan tersebut dibutuhkan keuletan dan partisipasi aktif dari generasi muda dengan cara  (melihat), apa yang dilakukan oleh para tua adat, s ng t (mendengarkan), id (meresapi), pand (berbuat/melakukan) sesuai dengan pandangan orang Manggarai.
Kelima konsep yang telah diuraikan menggambarkan adanyakaitan yang erat antara peran tu’a-tu’a adat dan pendidikan tentang budaya Manggarai. Semua warga kampung dapat berkumpul di mbaru gendanguntuk melaksanakan berbagai aktivitas yang selaras dengan maksud dan tujuannya masing-masing.
Seiring dengan bergulirnya waktu, mbaru gendang yang merupakan sebagai salah satu ruang budaya yang paling dekat dengan kehidupan orang Manggarai mengalami perubahan.
Berdasarkan hasil observasi penulis dalam konteks mikro di Kampung Gulung dengan kurun waktu dua tahun terakhir, potret realitas perubahan itu, nampak dengan minimnya kesadaran warga kampung dalam merehabilitasi dapur mbaru gendang yang sudah mulai rusak total serta mbaru gendang yang sudah mulai lapuk dan tidak ada penguhuninya.
Menyadari tu’a-tu’a adat dan mbaru gendang sebagai elemen penting dalam menunjang generasi muda untuk mengakses pendidikan tentang budaya Manggarai maka perlu mengetahui sejauh mana peran tu’a-tu’a adat itu sendiri berimplikasi terhadap Pendidikan tentang budaya Manggarai.
Pemertahanan mbaru gendang tersebut bagi mereka merupakan suatu keharusan dan bentuk tanggung jawab atas perannya masing-masing. Berbagai peran yang dilakoni oleh para tua-tua adat dalam fungsi mbaru gendang berimplikasi langsung terhadap pemertahanan mbaru gendang.Â
Peran tua-tua adat sebagai pemimpin umum untuk menyatukan seluruh warga kampung, melalui garis komando dan koordinasi antara tua dengan fungsi mbaru gendang sebagai pusat diselenggarakannya berbagai kepentingan umum maupun khusus memiliki kesamaan makna dalam konteks pemertahanan mbaru gendang.Â
Kesamaan itu, diwujudnyatakan melalui lonton bongkok dan peran tu’a golo sebagai pemimpin umum warga kampung, riang niang dan peran masing-masing tu’a menjadi tanda yang membedakan mereka dengan tu’a-tu’a lain yang ada dalam suatu kampung.Â
Makna peran tua-tua adat dalam fungsi mbaru gendang akan mendorong segenap anggota masyarakat untuk melibatkan diri dalam berbagai jenis upacara yang dijalankan di mbaru gendang.