Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ada Cinta di Singapura

13 Maret 2014   04:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:00 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ada Cinta Di Singapura

"Mas, tunggu aku disitu ya. Aku menuju ke arahmu." "Tak perlu Dinda, besok pagi saja kita bertemu." Aku menolak karena tahu Dinda takkan bisa menemukanku di Kampus Darmaga. Aku di ruang tunggu Dr Goh di Singapura. "Dinda..!!" seruku memanggil. Dinda sudah menutup panggilan teleponnya.

Tak berapa lama kemudian pintu ruang tunggu diketuk pelan. Seorang suster yang ada di ruang tunggu membukakan pintu. Sesaat suster itu menghampiriku "Sir, a lady is looking for you, she wants to visit you. She is from Indonesia. She told me that....," sebelum selesai suster itu menyelesaikan pembicaraannya. Pintu dibuka seseorang gadis berjilbab yang aku sangat kenal dan aku kasihi: Dinda.

"Mas Wahyu.....," seru Dinda sedikit terisak. Aku terkejut dan tertegun memandang Dinda, tak tahu apa yang harus kuucap. Dinda dengan cepat memelukku. Aku pun tak kuasa menolak. Aku pun memeluk Dinda dengan erat.

"Aku tahu Mas, kenapa kamu tak pernah mengungkapkan perasaanmu. Maafkan Dinda. Dinda tahu segalanya tentang penyakitmu. Dinda membuka kamarmu waktu kunci itu dititipkan Pak Ali kepadaku. Aku cinta Mas Wahyu apapun penyakitmu." Dinda berkata lirih dengan terisak.

Aku semakin tak bisa berkata apa-apa, hanya keharuan yang menyeruak, secara reflek aku pun semakin erat mendekap Dinda. Seolah menyatakan hal yang sama. aku berkata setengah berbisik, "Aku cinta padamu juga, Dinda."

-------mw-------

*) Penulis adalah Jokowi Lover yang lebih cinta Indonesia **) Nama-nama dalam cerita di atas sebagian disamarkan. Jika ditemukan sama adalah kebetulan semata. Cerita di atas diilhami oleh seseorang yang telah mengirim puisi kepada penulis lewat sms. Puisi tersebut ada dalam cerita tersebut di atas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun