Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Akhir Kisah Sebuah Puisi

10 Mei 2014   15:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:39 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*******

Alarm efbeku berbunyi kembali. Itu pasti pesanmu. Betul memang. Aku membacanya.

"Entahlah aku harus berbuat apalagi
jika memang kita satu hati
Tuhan 'kan biarkan kita memahat janji
Jika tidak, coba minta Tuhan cek lagi"

"Tuch perbaikannya. Di bagian akhir saja. Aku tidak suka kata TIDAK. Dah, aku mau tidur." Itu akhir kalimat pesanmu. Datar saja.

Aku tertegun, membaca puisiku yang kamu perbaiki. Tak percaya. Aku baca berkali-kali bait akhir puisiku yang kamu perbaiki. Berkali-kali.

Tak lama. Kembali alarm efbeku berbunyi.

"Aku sayang kamu"

Kalimat singkat yang diinginkan siapa pun di dunia, dari orang yang dicintanya terbaca jelas. Maknanya pun jelas. Tak ada ambigu.

Batinku, akhirnya ada gadis yang berani nekat mengatakan kalimat itu pertama kali dalam hidupku, si lelaki Jawa ababil yang penakut yang tak punya perasaan pada wanita.

Akupun tidak merasa sepi lagi setelah membaca pesanmu.

Jokowi pun kalah. Aku sudah menemukan cawapres yang bukan untuk lima tahun, tapi untuk selamanya di Jumat suci, Jokowi bahkan menunda pengumuman cawapresnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun