Kemudian dialog pun sepi kembali
*******
Posted.
Tak berapa lama. Alarm khas Facebook berbunyi. Sontak aku kaget.
"Aku masih disini." Kubaca pesanmu. Di akhir deretan kalimat itu ada senyum terpasang. Lalu kitapun berchit-chat sana sini. Rindu kita pun terobati. Sejenak.
"Mau, kubuatin puisi lagi?" tanyaku menjelang berpisah.
"Mau..Mau..Mau..," katamu dengan nada seperti iklan anu. Manja. "Bayar berapa?" candamu dari seberang sana sambil tertawa. Ada emoticon tertawa.
Huh, tahu tidak? Aku senang dengan cara manjamu itu. Kamu manis kalau ceria begini. Tapi caramu itu, kamu dalam pandanganku tidak pede. Sok pemalu. Jinak-jinak merpati itu yang aku pusing menghadapinya. Aku benci banget kalau kamu begitu.
"Mas, kamu ababil penakut," cetusmu.
"Jangan pakai istilah yang aku tidak mengerti," protesku.
"ABG labil. Penakut. Hihihihi...."
Aku tersenyum kecut. Habis sudah kita. Bubar.
"Aku suka kamu. Kamu apa adanya, Mas," jelas kamu akhirnya. Menghibur sementara saja. Seperti biasa.
"Puisimu itu bikin aku mabok."