Aku tertawa. Senang rasanya membuatmu mabok.
"Tapi mabok yang sembuh dengan obat gambar alat transportasi itu," lanjutmu mempermainkanku. Senangku buyar.
"Ya udah. Sana gih buat puisi lagi. Aku tunggu," perintahmu lagi.
Hadehhh...! Seorang gadis kalau lagi di atas angin selalu begitu. Main perintah. Anehnya aku suka. Berani memerintah berarti kamu sudah pede, tak minder. Sungguh aku suka. Aku tak bisa menolak. Bencinya aku pada diriku sendiri.
"Sebelum posting. Lihatin aku dulu ya..!" katamu manja.
"Woow...! Main screening sekarang ya?" aku membatin lirih. Putus asa. Aku diam saja.
*******
"Udah jadi," kabarku kepadamu. "Nich baca..," sodorku lewat messenger. Seenaknya. Kasar memang puisinya. Aku ingin melihat reaksimu. Seberapa kuat kamu baca puisiku itu. Aku tahu kamu pasti akan terasa. Aku nekat saja. Resiko apapun kuterima nantinya. Aku sudah putus asa. Aku kan ababil penakut.
Terserah Dirimu Saja
diammu guratkan rasaku tak percaya
malah dialog kita tinggalkan salah rasa
"Mau," kata hatimu
tapi tak terungkap dari bibirmu
hanya pesan tersirat yang ambigu
itu protesmu