Mohon tunggu...
Mas Wahyu
Mas Wahyu Mohon Tunggu... In Business Field of Renewable Energy and Waste to Energy -

Kesabaran itu ternyata tak boleh berbatas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Akhir Kisah Sebuah Puisi

10 Mei 2014   15:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:39 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1399684733138478146

Aku tertawa. Senang rasanya membuatmu mabok.

"Tapi mabok yang sembuh dengan obat gambar alat transportasi itu," lanjutmu mempermainkanku. Senangku buyar.

"Ya udah. Sana gih buat puisi lagi. Aku tunggu," perintahmu lagi.

Hadehhh...! Seorang gadis kalau lagi di atas angin selalu begitu. Main perintah. Anehnya aku suka. Berani memerintah berarti kamu sudah pede, tak minder. Sungguh aku suka. Aku tak bisa menolak. Bencinya aku pada diriku sendiri.

"Sebelum posting. Lihatin aku dulu ya..!" katamu manja.

"Woow...! Main screening sekarang ya?" aku membatin lirih. Putus asa. Aku diam saja.

*******

"Udah jadi," kabarku kepadamu. "Nich baca..," sodorku lewat messenger. Seenaknya. Kasar memang puisinya. Aku ingin melihat reaksimu. Seberapa kuat kamu baca puisiku itu. Aku tahu kamu pasti akan terasa. Aku nekat saja. Resiko apapun kuterima nantinya. Aku sudah putus asa. Aku kan ababil penakut.

Terserah Dirimu Saja

diammu guratkan rasaku tak percaya
malah dialog kita tinggalkan salah rasa

"Mau," kata hatimu
tapi tak terungkap dari bibirmu
hanya pesan tersirat yang ambigu
itu protesmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun